pertemuan9,10,11

Monday, September 1, 2014





BAB IV
ISOLASI SENYAWA AKTIF


Bahan kimia yang berasal dari tumbuhan atau hewan disebut bahan alam. Banyak  bahan alam yang berguna seperti untuk pewarna, pemanis, pengawet, bahan obat dan pewangi. Bahan alam yang beraneka ragam itu, pada umumnya dikelompokkan berdasarkan kesamaan strukturnya atau jalur biosintesisnya. Beberapa kelompok bahan alam ialah lipid,  protein, karbohidrat, alkaloid, flavonoid, terpenoid dan sebagainya.Isolasi bahan alam dilakukan berdasarkan sifat bahan alam tersebut, dan dapat digolongkan menjadi isolasi cara fisis dan isolasi cara kimia.
Hubungan diameter kolom, berat silika gel dan berat sampel untuk KVC

A.   Isolasi Cara Fisis

Isolasi  cara  ini  berdasarkan  sifat  fisik  bahan  alam,  seperti  kelarutan  dan tekanan  uap.  Isolasi  berdasarkan  perbedaan  kelarutan  bahan  alam  dalam pelarut tertentu dapat  dilakukan dengan pelarut dingin atau pelarut panas. Isolasi dengan pelarut dingin digunakan untuk mengisolasi bahan alam yang dapat  larut  dalam  keadaan  dingin.   Tekniknya  dapat  dilakukan  dengan merendam sumber bahan alamnya dalam pelarut  tertentu selama beberapa lama (jam atau hari). Untuk bahan alam yang larut dalam  keadaan panas digunakan teknik isolasi secara kontinyu dengan alat Soxhlet.
Isolasi berdasarkan penurunan tekanan uap dilakukan dengan cara destilasi uap. Cara ini  digunakan untuk senyawa yang tidak larut dalarn air, bertitik didih tinggi, mudah terurai sebelum titik didihnya dan mudah menguap.

B.    Isolasi Secara Kimia

Isolasi cara ini berdasarkan sifat kimia atau kereaktifan bahan alam terhadap pereaksi tertentu. Bahan alam diisolasi melalui reaksi kimia dan dipisahkan dari senyawa lain yang tidak bereaksi.

3 (Tiga) tahapan isolasi : ekstraksi, fraksinasi, dan pemurnian

Fraksinasi
  Dua cara yang lazim digunakan; untuk fraksinasi, yaitu partisi dan kromatografi.
  Partisi dilakukan apabila jumlah komponen di dalam ektrak terdapat puluhan senyawa. Dasar dari pemisahan dengan cara partisi adalah perbedaan kelarutan, dan syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan hal ini adalah bahwa dua pelarut yang digunakan tidak saling bercampur. Dua pelarut yang tidak saling bercampur adalah n-heksana-metanol, kloroform-air, dan etil asetat-air.
  Cara yang lebih eksak dalam melakukan fraksinasi adalah dengan cara kromatografi, terutama jika komponen utama di dalam suatu ekstrak atau fraksi hanya sekitar sepuluh atau belasan. Teknik kromatografi yang sangat dianjurkan untuk melakukan hal ini adalah kromatografi vakum cair (KVC) menggunakan kolom silika gel.


Analisis komponen dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
Ada 2 tujuan :
1.    Untuk analisis, mengetahui berapa jumlah komponen (noda) yang ada dalam ekstrak atau fraksi. Eluen campuran n-heksana-etil asetat,  umumnya cocok untuk golongan terpenoid,  sementara campuran kloroform-metanol cocok untuk golongan fenolik.
a.    Untuk mencari fase gerak/eluen yang sesuai untuk proses fraksinasi.
                   Eluen yang murah untuk tujuan ini adalah campuran n-heksana-etil asetat atau n-heksana-aseton.
Pemurnian
Beberapa teknik kromatografi yang dapat digunakan untuk pemurnian adalah:
-Kromatografi Vakum Cair (KVC)                            -Kolom gravitasi
-Kromatografi Kolom Tekan (KKT)                         -KLT preparatif
-Kromatografi Radial (KR)                                          -Kolom Sephadex LH-20

Kromatografi Cair Vakum (KCV)(Vacuum Liquid Chromatography)









Kromatografi Kolom Tekan (KKT) (Flash Chromatography)



Kromatografi Kolom Tekan (KKT) (Flash Chromatography)

 










Pemurnian dengan cara KKT
a.         Analisis KLT untuk pencarian eluen/fase gerak.
Prinsipnya :
  dicari eluen yang memisahkan noda kromatogram yang terbaik, dengan Rf = 0,2 – 0,3 (untuk noda yang ingin dimurnikan).
  untuk senyawa flavonoid & turunannya, lazimnya dipakai campuran (kloroform:n-heksana), (kloroform:etilasetat) atau (kloroform:metanol) tergantung sifat polaritas dari chemical marker yang akan dimurnikan.
  Untuk senyawa terpenoid, lazimnya dipakai campuran n-heksana:etilasetat atau  n-heksana:kloroform.

Prosedur KKT
2.    Penyiapan kolom KKT
Prinsipnya :
  Berat sampel yang akan dipisahkan akan menentukan pemilihan diameter kolom KKT yang akan digunakan, dengan arahan ketentuan :

 






Ø Tinggi silica dalam kolom 15 – 17 cm (Silica G 60 mesh 60 – 200, Katalog Merck : 7734)
Ø Silica dalam kolom KKT dihomogenkan dengan eluen (fase gerak) yang telah terpilih untuk pemurnian, hingga tidak nampak adanya gelembung-gelembung udara (eluen boleh diulang-ulang untuk dimasukkan dalam kolom KKT).
Ø Catatan : selama mengelusi tidak boleh kering, eluen tidak boleh melewati batas atas silica dalam kolom.

3.         Penyiapan sampel dengan silica impreg (mesh 30 – 70,     Katalog : 7733)
Prinsipnya : sama dengan impregnasi pada KVC

4.         Fraksinasi/pemurnian dengan KKT
Eluen yang digunakan lazimnya hanya satu system campuran pelarut (polaritasnya tetap), lazimnya dibutuhkan 250 – 500 mL.
  Masing-masing fraksi ditampung dengan volume = 5 – 20 mL. Dan sebelum dihentikan atau dibongkar, fraksi yang terakhir dianalisis KLT dengan dibandingkan dengan sampelnya. Jika semua senyawa atau chemical marker target sudah keluar semua, proses fraksinasi dapat dihentikan.

5.         Analisis KLT hasil fraksinasi/pemurnian => mirip pada KVC
6.         Analisis kemurnian hasil isolasi
Fraksi-fraksi yang memberikan noda kromatogram tunggal dengan nilai Rf  sama dengan standarnya, digabung dicek kemurniannya, dielusi dengan 3 (tiga) system eluen yang berbeda-beda (sifat polaritasnya).
Misal; system I campuran heksana:etilasetat; system II campuran kloroform:metanol; system III campuran  heksana:kloroform:etilasetat.

Kromatografi Radial  (KR) (Radial/Centrifugal Chromatography)

             



ISOLASI BERDASARKAN JENIS KANDUNGAN SENYAWA AKTIF
Kandungan kimia simplisia nabati pada umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: minyak atsiri, karotenoid, steroid, triterpenoid, alkaloid, asam lemak, senyawa senyawa fenolik yang meliputi fenol-fenol, asam fenolat, fenilpropanoid, antarkuinon, antosian serta xanton, asam organik, glikosida, saponin, tanin, karbohidrat dan lain-lain. Dan untuk mencari/skrining kandungan kimia tumbuhan tersebut dapat dilakukan penyarian bertingkat berdasarkan tingkat polaritasnya dimulai dari pelarut non polar, semi polar dan terakhir pelarut polar.

1.    SARI NONPOLAR
Senyawa aktif yang terlarut antara lain: minyak atsiri, lemak dan asam lemak tinggi, steroid dan karotenoid. Di samping golongan kandungan kimia tersebut dalam sari ini kemungkinan terkandung pula klorofil dan resin yang bersama dengan lemak lebih sering disebut sebagai pengotor.
2.    SARI SEMIPOLAR
Serbuk sisa penyarian dengan pelarut non polar kemudian diekstraksi dengan pelarut semi polar, dalam ekstrak semipolar akan mengandung senyawa-senyawa kimia sebagai berikut: alkaloid; senyawa fenolik (fenol-fenol, asam fenolat, fenilpropanoid, flavonoid, antrakinon, xanton, stilben); komponen minyak atsiri tertentu dan asam lemak
3.    SARI POLAR
Sari polar mengandung zat-zat kimia sebagai berikut: garam alkaloid, alkaloid basa kuarterner dan amina teroksidasi, antosian, glikosida, saponin, tanin dan karbohidrat.

a.    EKSTRAK KASAR TUMBUHAN

Prosedur untuk mengisolasi senyawa dari tumbuhan hampir beragam seperti senyawa itu sendiri, tetapi terdapat metode yang pada umumnya berguna untuk segolongan senyawa, buka metode yang pernah digunakan untuk mengisolasi senyawa tertentu dalam suatu golongan. Sering kali senyawa tertentu masih tetap diisolasi dengan cara coba-coba, bukan dengan metode mutakhir yang mempunyai kegunaan umum. Jadi, sementara cara yang dianjurkan untuk memurnikan alkaloid yang tak dikenal ialah dengan cara kromatografi memakai damar penukar kation. Pada penyiapan bahan tumbuan dihindari terbentuknya senyawa jadian. Jika jaringan hidup diproses terlalu lambat, kerja enzim dapat menimbulkan perubahan yang besar pada kandungan kimia tertentu. Proses penguraian yang paling umum ialah oksidasi dan hidrolis, dan jika kita mencari kandungan kimia yang mungkin mengalami hal itu kita harus berusaha untuk mencegahnya. Sebaliknya, jika jaringan  dipanaskan untuk mencegah kerja enzim, pengeringan memakai penguap putar pada suhu yang nisbi rendah pun dapat menimbulkan reaksi kondensasi antara gula dan senyawa amino. Barangkali metode umum yang paling aman untuk segala kemungkinan ialah mencelupkan bahan ke dalam nitrogen cair diikuti dengan pengeringbekuan.
Ekstraksi lipid dengan pelarut organik sering kali merupakan langkah awal dalam fraksinasi dengan maksud memperoleh lipid atau menghilangkannya. Walaupun kloroform/metanol merupakan pelarut tradisional untuk ekstraksi ini, campuran pelarut lain sama efektifnya dan lebih aman. Karbon dioksida superkritik lebih banyak digunakan sebagai pengekstraksi senyawa yang peka. Ekstraksi awal memakai pelarut nonpolar dapat kita ganti dengan cara menjerap lipid memakai damar sintetik dan kemudian mengelusinya dengan etanol absolut atau pelarut lain.
Beberapa metode fraksinasi umum yang dapat digunakan untuk mengekstraksi jaringan tumbuhan adalah berikut ini :










Ekstrak tumbuhan
(distilasi uap)
Tak menguap
(penukar kation)
Menguap
Asal
Alkohol
Karbonil
(penukar anion –HCO-3)
Efluen
(penukar anion –HCO-3)
Terserap
Senyawa amino alkaloid
Efluen
Penukar anion (HCO-3)
Terserap
Asam
fenol
Efluen
gula
Terserap
Asam
fenol
Efluen
alkohol
ester
Terserap
senyawa karbonil
 





















Kemudian pemisahan lebih lanjut berbagai fraksi itu dapat dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat senyawa yang dikehendaki. Disamping menggunakan kromatografi cair, kromatografi lawan arus tetes terbukti berguna terutama untuk senyawa polar. Pada pemakaian damar penukar ion kita harus berhati-hati karena adanya kemungkinan penjerapan yang kuat senyawa aromatik yang tidak ada kaitannya dengan tahanan ionisasinya. Senyawa yang terjerap seperti itu dapat dielusi dengan campuran alkohol air. Beberapa strategi untuk membuat produk dari tumbuhan diuraikan dalam.

b.    SENYAWA AKTIF GOLONGAN KARBOHIDRAT
Banyak karbonhidrat yang larut dalam air. Ekstraksi bahan yang telah dihilangkan lemaknya dengan air didih netral akan menyisakan polisakarida dinding sel dan bahan nonpolisakarida yang  tidak larut. Ester oligasakarida hidrofob dijumpai pada permukaan daun, dapat diperoleh dengan mencucinya ke dalam diklorometana. Bebrapa pektin dapat diekstraksi dengan sikloheksana-asam diamino tetra asetat tetapi beberapa lainnya memerlukan pereaksi yang lebih kuat. Ekstraksi dengan larutan basa dingin menghilangkan hemiselulosa dan yang tersisa selulosa. Kekuatan larutan basa dapat diubah-ubah jika menghendaki ekstraksi hemiselulosa secara selektif. Biasanya yang dipakai ialah larutan KOH 24% (atau NaOH 17,5%) untuk mengekstraksi seluruh hemiselulosa dan akan meninggalkan sisa yang dikenal sebagai’a-selulosa’ yang dapat mengandung 40% polisakarida lain seperti xilan, manan, dan sebagainya bergantung pada sumbernya. Oleh karena itu jelas bahwa ekstraksi basa tidak menghilangkan semua hemiselulosa secara kuantitatif. Pemurnian selulosa basa lanjut dilakukan dengan melarutkannya dalam asam fosfat 85% dan mengendapkannya dengan penambahan tiga volume air suling. Selulosa yang diperoleh dengan cara ini telah mengalami penguraian yang hebat (misalnya terbentuk rantai yang panjangnya sekitar 160 satuan glukosa dibandingkan dengan rantai asalnya yang terdiri atas beberapa ribu satuan). Pemurnian sudah pasti disertai penguraian, dan selulosa asli yang murni hanya dapat diperoleh dari sumber tumbuhan seperti kapas yang memang sudah merupakan selulosa hampir murni.
Kembali ke larutan hemisellosa dalam larutan basa, kita dapat memfraksinasi dengan cara penambahan asam (pH sekitar 4,5) sehingga selulosa berbobot molekul tinggi mengendap. Xilan rantai lurus dapat diendapkan dengan penambahan iod ke dalam larutan hemiselulosa. Hemiselulosa yang masih tinggal dalam larutan dapat diendapkan dengan penambahan aseton, alkohol  atau sederet pelarut khas digunakan untuk memfraksinasinya. Cara lain untuk memfraksinasi campuran hemiselulosa adalah memakai selulosa penukar ion atau Sephadex dan pengendapan dengan ion logam khas. Pemisahan memakai kromatrografi afinitas ternyata bermanfaat untuk senyawa dengan rantai bercabang.
Ekstrak air panas mengandung senyawa berbobot molekul rendah sebagai larutan dan sebagai suspensi koloid polisakarida hidrofil (dan bahan nonkarbonhidrat seperti asam organik dan asam amino). Jika kita mengetahui ada fruktan, lebih baik kita menggunakan cara ekstraksi dingin karena beberapa fruktan mudah terhidolisis. Polisakarida yang terdapat dalam ekstrak air mungkin gom, musilago, pati, fruktan, senyawa pektin, galaktomanan, dan sebagainya, bergantung pada sumbernya. Untuk memisahkan salah satu jenis karbonhidrat dari jenis yang lainnya tidak diperlukan metode umum karena dalam tumbuhan tertentu paling banyak hanya terdapat dua atau tiga jenis karbonhidrat. Umumnya, semua jenis karbonhidrat dapat diendapkan dengan menambahkan etanol sampai konsentrasi 80%. Amonim sulfat 0,5% dapat membantu pengendapan dengan etanol. Akan tetapi, beberapa fruktan rantai pendek terlarut dalam etanol 80%. Amilosa dan amilopektin dapat pua dipisahkan dengan memakai kromatografi filtrasi gel.
Karbonhidrat berbobot molekul rendah dapat diperoleh dari beningan etanol 80% atau dapat diekstraksi langsung dari bahan tumbuhan dengan memakai etanol atau 2-propanol sehingga konsentrasi akhir 80% jika terncerkan dengan air yang terdapat dalam bahan. Beberapa komponen (misalnya difosfat) terikat sangat kuat pada jaringan dan harus diekstraksi dengan etanol 20% atau pelarut lain. Senyawa ion (garam, asam amino, asam organik) dihilangkan paling baik dengan damar penukar ion walaupun damar basa kuat atau damar asam kuat dapat mempengaruhi gula. Asam gula dan fosfat gula dapat dihilangkan dengan damar penukar anion, pemisahannya dari komponen nonkarbonhidrat dapat dilakukan dengan cara pengirisan fraksi yang cocok, atau dengan fosfat, dengan pengendapan memakai barium hidroksida dan pengubahan menjadi garam natrium.
Metode khusus untuk memurnikan gula netral yang tersisa dapat dilakukan jika salah satu komponen konsentrasinya nisbi besar, pemekatan larutan secara sederhana mungkin dapat mengkristalkannya. Metode yang paling umum untuk memurnikan gula netral dan keturunannya ialah kromatografi kolom pemakai penjerap arang, serbuk selulosa, pati, dan florex, dengan pelarut pengembang yang agak polar seperti alkohol rendah dan campuran alkohol rendah dengan air. Dengan penambahan borat, senyawa polihidroksi membentuk senyawa komples borat anion yang dapat dipisahkan pada kolom damar penukar anion memakai dapat borat sebagai pengelusi. Setelah dielusi kation dihilangkan dari fraksi dengan damar penukar kation dan borat dihilangkan sebagai metil borat yang atsiri dengan cara distilasi dengan metanol secara berulang-ulang. Metode penukar ion tanpa borat dapat digunakan untuk senyawa karbohidrat yang memang sudah mempunyai gugus ion. Pada pH tinggi banyak karbonhidrat yang bersifat anion dan dapat dipisahkan dengan damar penukar ion. Damar penukar kation juga telah digunakan dalam berbagai situasi tertentu. Campuran gula dapat pula dipisahkan berdasarkan ukuran molekul pada medium filtrasi gel. Kromatografi cair kinerja tinggi telah pula digunakan secara preparatif untuk berbagai karbonhidrat.
Garis besar umum tata kerja yang dipaparkan tadi diberikan dalam bagan berikut :

BAHAN KASAR
(ekstraksi dengan air mendidih)
Tak larut
Ekstraksi dengan NaOH 17,5%
Tak larut
a-selulosa
Larut
(asamkan)
Endapan hemiselulosa bobot molekul tinggi
Larut hemilulosa bobot molekul rendah
Larut
Tambah etanol sampai 80%
Larut
Damar penukar anion
Tak larut
Endapan pektin pati gom misulago fruktan
Efluen
Monosakarida
oligosakarida
Ditahan fosfat
asam
 





















c.     SENYAWA AKTIF ASAM ORGANIK
Pada prosedur baku untuk mengisolasi asam yang berbobot molekul rendah, bahan tumbuhan diasamkan (pH 1,0) dengan asam sulfat dan kemudian diekstraksi secara sempurna (kadang-kadang selama beberapa hari) dengan eter bebas peroksida. Ekstrak eter mengandung asam bebas, yang dapat dimurnikan lebih lanjut. Prosedur ini paling cocok dipakai untuk bahan kering, tetapi kesukaran dalam pengeringan bahan tumbuhan secara aman dapat meniadakan kesederhanaan prosedur ekstraksi. Pengeringan dengan menggunakan bahan dapat menghilangkan asam atsiri, merusak asam keto, menyebabkan pengesteran, dan sebagainya. Pengeringbekuan tidak diragukan lagi merupakan metode terbaik karena cara ini tidak memungkinkan terjadinya perubahan kimia, tetapi asam yang atsiri atau ester dapat hilang. Jika bahan tumbuhan dinetralkan sebelum pengeringan, semua asam akan menjadi garam yang takatsiri. Lipid dan ester yang mengganggu dapat pula dihilangkan dengan cara ekstraksi pendahuluan memakai eter terhadap bahan yang dinetralkan.
Sebagai pengganti ekstraksi memakai eter, asam tumbuhan dapat dipekatkan dengan memakai damar penukar anion. Jika ekstraksi tumbuhan dilewatkan melalui kolom yang berisi damar penukar anion bersifat basa lemah dalam bentuk hidroksida, anion akan di tambat. Setelah kolom dicuci, asam bebas dapat dielusi dengan HC1 0,1M. Jika beberapa fraksi eluat diambil, sampai batas tertentu, pemisahan asam dapat dicapai. Berbahaya jika kita memakai damar penukar anion yang bersifat basa kuat dalam bentuk hidroksidanya, karena gula di dalam ekstrak tumbuhan akan terurai menjadi asam seperti asam laktat dan glikolat.
Setelah menyiapkan ekstrak pekat yang mengandung seluruh asam organik dapat dipisahkan masing-masing komponen. Jika campuran asam diperoleh dengan cara ekstraksi memakai eter, campuran itu harus dialihkan dari eter ke air dengan cara mengocoknya memakai larutan natrium hidroksida. Natrium sulfat dapat dihilangkan dengan mengatur pH larutan dalam air menjadi satu memakai asam sulfat, lalu ditambahkan dua volum etanol, dan larutan dibiarkan semalam dalam lemari es. Kemudian larutan asam organik dipisahkan dari endapan antrium sulfat dengan penyaringan. Asam lemak rendah sampai asam kaproat (C6) dapat menguap bersama-sama dengan uap air dan dapat diisolasi dengan cara distilasi uap. Asam kaprilat (C8) dan asam kaprat (C10) hanya menguap sedikit dengan uap air, oleh karena itu untuk mengisolasinya secara sempurna memerlukan waktu lama. Pemisahan berbagai asam lemak yang atsiri ini dapat dilakukan dengan mengkromatografi gas campuran atau mengkromatografi partisi pada silika gel memakai pelarut butanol dalam kloroform untuk asam C1 – C4 dan metanol dalam isooktana untuk asam C5-C10. Distilasi bertingkat tidak efesien untuk memisahkan asam yang perbedaannya hanya dua atom karbon dan hanya berguna jika kita mempunyai bahan yang agak banyak.
Pemisahan asam yang tak atsiri lainnya seringkali dilakukan dengan mengubah asam bebas menjadi ester metil lalu didistilasi bertingkat. Akan tetapi, dengan cara ini sulit untuk memisahkan secara sempurna kecuali jika campuran yang dipisah jumlahnya besar. Metode pemisahan lain didasarkan pada perbedaan kelarutan garam timbal, barium, dan kalsium di dalam air dan dalam alkohol, tetapi, sekali lagi, metode ini pun hanya cocok jika kita mengetahui bahwa julah asam terbatas sehingga strategi dapat didasarkan pada kelarutan asam tersebut. Khususnya, asam oksalat dapat dipisahkan dari semua asam yang lainnya berdasarkan kelarutan garam kalsiumnya yang sangat kecil dalam air. Asam keto dapat dihilangkan dari larutan dalam air dengan cara menambahkan 2,4-dinitrofenildrazina untuk mengendapkannya sebagai hidrazon, senyawa 2,4-dinitrofenilhidrazon yang terbentuk dapat diekstraksi dengan eter dan dimurnikan lebih lanjut dengan cara kristalisasi atau krimatografi. Kromatografi kolom 2,4-dinitrofenilhidrazon dapat dilakukan memakai tanah diatome (‘celite’) dengan pelarut etanol dalam eter atau memakai serbuk selulosa dengan pelarut n-amilalkohol yang dijenuhkan dengan amonia. Ketidakstabilan sebagian besar asam keto menyebabkan kita harus memisahkannya sebagai senyawa turunan bukan sebagai asam bebas.
Prosedur paling baik yang dapat dipakai secara umum untuk memisahkan dan mengisolasi asam tumbuhan dari suatu campuran ialah kromatografi kolom memakai metode pertukaran ion atau partisi. Daya pisah per gram damar lebih besar daripada penyerap partisi, tetapi penyerap partisi mempunyai keuntungan karena dapat ditambahi indikator untuk memantau gerak pita asam melalui kolom, dan tampaknya penyerap ini memungknkan pemisahan agak lebih bersih. Pemisahan secara pertukaran ion dapat dilakukan memakai damar bersifat basa kuat dalam bentuk hidroksida jika gula telah dihilangkan pada tahap pemurnian pendahuluan. Tidak ada prosedur umum yang dapat disarankan karena penyiapan kolom dan metode elusi beragam bergantung pada asam yang akan dipisahkan. Asam klorida 0,1M sering dipakai sebagai pengelusi, fraksi-fraksi dikumpulkan, dan asam dianalisis dengan cara kromatografi kertas atau reaksi warna yang khas. Kemudian fraksi-fraksi yang sesuai digabung dan dipekatkan untuk memeroleh asam yang murni. Beberapa ratus mg campuran asam dapat dipisahkan dengan hanya memakai 10 g damar. Asam monokarboksilat keluar terlebih dahulu, diikuti oleh asam di- dan trikarboksilat.
Pemisahan secara kromatografi partisi menggunakan pendukung untuk fase diam yang mengandung air bahan-bahan seperti silika gel, celite, atau serbuk selulosa. Untuk menekan pengionan asam kita harus mencampur penjerap dengan sedikit asam mineral encer dan untuk memastikan pengionan asam secara sempurna kita harus mencampur penjerap dengan amonium hidroksida. Dalam hal yang terakhir, indikator seperti bromkresol hijau dapat ditambahkan dan akan berubah warnanya jika ada pita asam. Fase gerak yang paling umum dipakai ialah campuran 1-butanol dan kloroform (dijenuhkan dengan fase diam). Perbandingan kedua pelarut tersebut di ubah-ubah sesuai dengan kepolaran asam yang dipisah, sering disarankan untuk meningkatkan perlahan-lahan nisbah butanol/kloroform selama pengelusian. Dalam beberapa kasus pemakaian etil eter sebagai fase gerak dapat memisahkan pasangan-pasangan yang tidak dapat dipisahkan dengan butanol/kloroform.

d.    SENYAWA AROMATIK
Banyak senyawa aromatik sederhana yang terdapat dalam tumbuhan mempunyai gugus hidroksil fenol bebas, gugus karboksil, atau keduanya. Asam karboksilat dapat diekstraksi dari bahan tumbuhan atau ekstrak eter bahan tumbuhan dengan larutan natrium bikarbonat 2%. Jika larutan ini diasamkan, sering kali asam mengendap atau dapat diekstraksi dengan eter. Setelah asam karboksilat diekstraksi, fenol dapat diekstraksi dengan larutan natrium hidroksida 5%. Seperti pada asam, fenol dapat diendapkan atau diekstraksi dengan eter setelah diasamkan. Oleh karena banyak fenol sangat peka terhadap oksidasi dalam lingkungan bersifat basa, maka dianjurkan untuk mengganti lingkungan udara dengan nitrogen atau menambahkan pereduksi seperti natrium ditionit pada saat perlakuan dengan basa.
Beberapa senyawa aromatik yang berbobot molekul rendah dapat dimurnikan dengan cara distilasi atau sublimasi pada tekanan atmosfir atau tekanan rendah. Fenol biasanya tidak dapat didistilasi uap, tetapi eter atau esternya, oleh karena kepolarannya lebih rendah daripada senyawa hidroksil induknya, sering kali dapat didistilasi uap.
Cara ekstraksi memakai pelarut dipakai secara luas pada pemurnian senyawa aromatik alam. Pelarut organik umum seperti aseton, eter, dan benzena sering dipakai. Partisi berulang memakai air atau larutan dapar dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air telah dipakai untuk memurnikan senyawa yang mempunyai sifat kelarutan yang sesuai. Tanin terhidrolisiskan dan glikosida dapat diekstraksi dengan air panas atau campuran etanol-air. Damar sintetik, baik yang berbentuk ion maupun yang tidak bermuatan, ternyata berguna untuk menghilangkan senyawa fenol dari ekstrak tumbuhan . Gel dekstran menjerap juga berbagai senyawa aromatik.
Naftokuinon dapat diekstraksi dari jaringan tumbuhan dengan benzena atau pelarut nonpolar lainnya. Sering kali 1,4-kuinon dapat didistilasi uap dan dapat dipisahkan dari berbagai lipid lain dengan cara ini. Sifat lain yang dapat digunakan pada pemisahannya dari lipid lain ialah kelarutannya dalam air pada lingkungan basa lemah seperti natrium karbonat atau bikarbonat. Perlakuan dengan basa kuat disertai adanya udara sering kali menimbulkan penguraian secara oksidasi. Senyawa 1,4-kuinon tidak dapat didistilasi uap, tetapi larut dalam larutan natrium bisulfit. Pemurnian akhir dapat dilakukan dengan cara kromatografi pada alumina yang diawaaktifkan atau penjerap yang lebih lemah.
Pada pemurnian kumarin, bahan atau ekstrak kasar dapat diperlakukan dengan larutan basa encer hangat untuk membuka cincin lakton dan membentuk natrium kumarinat yang larut dalam air. Pencemar organik netral kemudian dapat diekstraksi dengan eter. Jika larutan dalam air diasamkan kumarin terbentuk lagi sehingga kumarin dan senyawa asam yang ada dapat diekstraksi dengan eter. Pencemar yang bersifat asam kemudian dapat dihilangkan dari eter dengan cara mengocok memakai larutan natrium bikarbonat.
Lignan dapat diekstraksi dengan aseton atau etanol dan sering kali diendapkan sebagai garam kalium yang sukar larut dengan cara menambahkan larutan kalium hidroksida pekat dalam air ke dalam larutan lignan dalam alkohol. Akan tetapi, asam atau basa sering menimbulkan pengisomeran. Apa yang disebut 'lignin asli' dapat diekstraksi dari serbuk gergaji memakai aseton atau alkohol pada suhu kamar. Akan tetapi, cara ekstraksi ini hanya dapat mengambil 0,5 sampai 3% dari lignin keseluruhan. Kelarutan lignin dapat ditingkatkan sedikit dengan menggiling tepung kayu memakai penggiling bola (ball mill) sampai diperoleh serbuk sangat halus. Cara lain ialah menghilangkan selulose dari kayu dengan membiarkan fungus atau selulose yang telah dimurnikan bekerja pada serbuk gergaji. Dengan cara ini 25-30% dari lignin keseluruhan dapat diperoleh dalam bentuk yang dapat larut.
Cara tradisional penyiapan tanin tumbuhan menggunakan cara ekstraksi dengan air panas, penggaraman dengan natrium klorida, pengekstraksian kembali endapan dengan aseton, dan penghilangan lipid dari bahan yang larut dalam aseton dengan eter. Dengan penambahan natrium klorida sedikit demi sedikit dapat terjadi pengendapan bertingkat campuran tanin. Timbal atau seng asetat (10%) sering dipakai untuk mengendapkan tanin yang dapat dihilangkan dari endapan dengan cara penguraian memakai pereaksi hidrogen sufida. Gelatin membentuk endapan juga dengan larutan tanin dalam   air. Kemudian etanol dapat digunakan untuk melarutkan kembali tanin dari endapan tersebut. Pengendapan dengan cara menambahkan larutan kalium asetat dalam alkohol ke dalam larutan tanin dalam alkohol sering mempunyai nilai preparatif pada isolasi tanin. Tanin dapat diendapkan dengan kafeina dan kemudian dapat diperoleh kembali dengan cara mengekstraksi sinambung kafeina memakai kloroform.
Cara kromatografi telah digunakan pada pemurnian hampir semua jenis senyawa, kromatografi gel bersifat lipofil telah dipakai untuk berbagai macam senyawa aromatik. Kromatografi pada alumina dengan memakai pelarut seperti etil asetat atau campuran etil asetat-metanol dapat memisahkan lignan atau kumarin. Tanin dari kayu telah dimurnikan dengan kromatografi fase-balik. Senyawa fenol yang mempunyai gugus karboksil bebas dapat dipisahkan dari fenol yang kurang asam dengan cara kromatografi pertukaran anion, tetapi semua senyawa aromatik, sampai batas tertentu, terikat ke polimer dasar-polistirena karena gaya nonionik. Glikosida senyawa aromatik dapat dipisahkan dari aglikonnya memakai kolom polistirena. Cara baru, kromatografi lawan arus dan kromatografi sentrifugal telah dimanfaatkan dengan baik untuk banyak jenis senyawa fenol.

e.    SENYAWA GOLONGAN LIPID
Isolasi berbagai golongan lipid sangat mengandalkan perbedaan kelarutannya. Sama seperti pada penanganan sebagian besar hasil tumbuhan lain, tindakan pencegahan pertama yang harus diperhatikan ialah menindakaktifkan enzim pengurai dan enzim pengalih dengan pemanasan sebelum penghancuran jaringan tumbuhan. Tindakan pencegahan ini terutama diperlukan untuk fosfolipid; dan pembekuan tidak mencegah penguraian. Tindakan pencegahan kedua yang harus dilakukan jika mengisolasi lipid yang mempunyai banyak ikatan rangkap ialah menghindari oksigen dan cahaya kuat.
Lipid keseluruhan dapat diekstraksi dari jaringan dengan campuran metanol/kloroform atau etanol/kloroform; tetapi karena daya racun kloroform campuran pelarut lain menjadi lebih disukai misalnya metanol/eter minyak bumi atau 2-propanol/heksana. Sering digunakan pelarut yang mendidih, tetapi penghomogenan pada suhu kamar memperkecil kemungkinan penguraian. Jika kita hanya menghendaki lipid nonpolar dan tak terikat, kita dapat menghilangkan alkohol sebagai pelarut pengekstraksi atau dipakai pelarut seperti benzena, eter minyak bumi, dan sebagainya. Untuk mengekstraksi lipid biji pelarut yang dianjurkan ialah butanol yang jenuh dengan air. Kompleks lipid-protein atau lipid-karbohidrat mungkin tidak larut dalam pelarut nonpolar. Dengan adanya alkohol senyawa kompleks ini terurai, sehingga lipid yang terekstraksi tidak memberi petunjuk bagaimana mereka terkompleks in situ. Sebaliknya, proteo-atau peptidolipid diketahui larut dalam pelarut lipid tetapi pada hidrolisis melepaskan asam amino. Dengan adanya fosfolipid banyak senyawa nonlipid yang terekstraksi dengan pelarut lipid. Senyawa nonlipid ini dapat dihilangkan dengan baik dengan cara mencampur ekstrak kloroform-metanol 2:1 dengan air sebanyak 0,2 volum ekstrak. Setelah pemusingan atau dibiarkan lama untuk memisahkan lapisan, bahan nonlipid terdapat pada lapisan air atas. Proteolipid membentuk lapisan halus-lunak pada antarmuka dan dapat dipisahkan dari komponen lain. Pigmen klorofil yang akan terdapat dalam ekstrak lipid dari daun hijau dapat dihilangkan dengan penjerapan memakai arang aktif .
Dengan menambahkan aseton pada ekstrak lipid yang diperoleh dengan cara yang diuraikan di atas, fosfolipid (dengan sedikit sterolin dan beberapa malam) sebagian besar diendapkan. Trigliserida, ester lain, sterol, terpena, dan sebagainya tetap dalam larutan. Akan tetapi, jika trigliserida banyak, senyawa ini akan membawa fosfolipid sedikit ke fraksi yang larut dalam aseton. Fraksinasi endapan fosfolipid, sampai batas tertentu, akan bergantung pada komponen jenis apa yang ada. Metode ekstraksi bertingkat memakai aseton yang mengandung etanolamina telah dirancang untuk memisahkan ketiga golongan lipid utama. Jika kita menghendaki lipid inositol, fosfolipid lain dapat dipisahkan dengan ekstraksi berlama-lama dengan asam asetat  glasial dingin dan partisi antara asam asetat glasial dan benzena. Lipid inositol terlarut dalam fase benzena. Setelah penguapan benzena, sterolin (jika ada) dapat dipisahkan dengan ekstraksi memakai campuran etanol-kloroform 2:1, yang tinggal lipid inositol yang nisbi murni. Cara lain untuk fraksinasi fosfolipid didasarkan pada pengendapan lesitin sebagai garam kadmium dari larutan dalam alkohol. Setelah lesitin dipisahkan fosfolipid yang tertinggal dapat difraksinasi dengan melarutkannya dalam kloroform dan kemudian ditambahkan etanol secara bertahap. Lipid inositol mengendap lebih dahulu, diikuti oleh fosfatidilserina, dan akhirnya fosfatidiletanolamina. Tata kerja menggunakan distribusi lawan arus dan kromatografi memakai DEAE-selulosa dan asam silikat telah dirancang untuk memisahkan berbagai golongan lipid kompleks secara efisien dari daun.
Kita kembali ke larutan lipid yang tertinggal setelah fosfolipid dipisahkan, pemisahan komponen ini dalam bentuk aslinya sangat sukar. Asam lemak bebas dapat dipisahkan dengan ekstraksi memakai larutan natrium karbonat, hidrokarbon rantai panjang dan alkohol sebagai kompleks urea, dan sterol sebagai digitonida atau tomatinida. Terpena rendah dan senyawa atsiri lain dapat dipisahkan dengan cara distilasi (atau distilasi uap); asam terpenoid tinggi akan terekstraksi, bersama-sama dengan asam lemak bebas, dengan larutan natrium karbonat. Asam lemak rantai panjang kemudian dapat dipisahkan sebagai kompleks urea dari asam terpenoid tinggi. Glikolipid tidak diendapkan oleh aseton tetapi dapat dipisahkan dari yang lain-lain, kecuali trigliserida, dengan mempartisi campuran komponen yang larut dalam aseton memakai metanol-heptana. Glikolipid (termasuk sterolin) dan trigliserida masuk ke lapisan metanol. Pemisahan selanjutnya menggunakan kromatografi.
Campuran yang mengandung komponen utama trigliserida dan/atau malam ester dapat dipisahkan menjadi komponen esternya hanya dengan tata kerja yang memakan waktu lama dan tidak memuaskan jika menghendaki lebih dari 1 mg. Cara yang paling umum digunakan ialah distilasi bertingkat pada tekanan sangat rendah atau penghabluran bertingkat dari aseton pada suhu sangat rendah. Tata kerja yang lebih lazim ialah penghabluran ester dan kemudian mengidentifikasi komponen asam dan alkoholnya. Trigliserida dapat disabunkan dengan merefluks selama 1-2 jam dengan larutan kalium hidroksida 6% dalam etanol 95% yang banyaknya sekitar lima kali bobot trigliserida. Untuk hidrolisis secara sempurna malam ester rantai-panjang memerlukan kondisi yang lebih drastik - misalnya merefluks selama 12 jam larutan dalam benzena ditambah volum yang sama larutan KOH 10% dalam alkohol. Perbedaan dalam derajat kemudahan hidrolisis ini memungkinkan pemisahan beberapa trigliserida dari malam ester dengan penyabunan tanpa terlalu banyak malam yang hilang. Bahaya utama yang harus diperhatikan pada penyabunan ialah bahwa pemanasan yang terlalu lama dapat menimbulkan perubahan isomer pada letak ikatan rangkap dua dalam asam nekatakjenuh. Kadang-kadang disarankan agar lesitin dihidrolisis dengan membiarkannya dengan kalium hidroksida 1M pada suhu 37°C selama 16 jam.
Setelah hidrolisis, alkohol rantai panjang yang terbentuk karena penyabunan malam ester dapat dipisahkan (bersama-sama dengan bahan yang tidak tersabunkan) dengan ekstraksi memakai benzena dan sebagainya. Kemudian campuran sisa ekstraksi diasamkan dan asam lemak diekstraksi dengan eter. Campuran asam lemak rantai panjang, baik yang terdapat di alam maupun yang berasal dari penyabunan dapat dipisahkan dengan berbagai tata kerja penghabluran dan distilasi. Cara yang biasa ialah melarutkan asam lemak dalam aseton dan didinginkan pada -60° sampai -70°C. Asam takjenuh tetap larut sementara yang lain menghablur. Dengan melarutkan kembali endapan dan menghablurkan kembali pada -30° sampai -40°C sebagian besar asam tak jenuh yang mempunyai satu ikatan rangkap dua tetap dalam larutan. Penghabluran ulang terakhir dari eter pada -30°C mengendapkan sebagian besar asam jenuh. Pemisahan ini tidak sempurna, tetapi dengan pengulangan dan penggabungan dengan metode lain, fraksinasi yang memuaskan biasanya dapat dicapai menurut derajat ketidakjenuhan. Pemisahan jenis lain mengandalkan kelarutan bertingkat garam timbal dalam alkohol. Fraksinasi lebih lanjut dapat dicapai dengan distilasi ester metil asam pada tekanan rendah (0,1-0,5 mm Hg).
Pemurnian lipid secara kromatografi mempunyai banyak keuntungan ketimbang metode fraksinasi memakai pelarut meskipun fraksinasi pendahuluan memakai pelarut mungkin diperlukan untuk campuran yang rumit. Kromatografi memakai asam silikat terutama, berguna untuk lipid anion karena lipid yang kurang polar bergerak melalui kolom dengan cepat.  Jadi fosfolipid dapat dipisahkan dengan mudah dari lipid lain, dan kemudian dipisah-pisah lagi. Contoh tata kerja ialah membuat bubur silika gel dengan kloroform-metanol 2:1, tambahkan larutan lipid dalam kloroform, dan mulai elusi dengan kloroform saja. Ketika lipid nonpolar bergerak melalui kolom, konsentrasi metanol dalam pengelusi dinaikkan sedikit demi sedikit. Akhirnya senyawa yang paling polar dielusi dengan metanol murni. Triasilgliserol dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen campuran yang berbeda derajat ketidakjenuhannya dengan memakai kolom ion logam-terikat (104). Kromatografi pertukaran ion dengan berbagai jenis kemasan kolom berguna dalam isolasi fosfolipid dan sulfolipid dan dalam pemisahan sulfolipid dari fosfolipid. Kromatografi fase balik memberikan urutan elusi yang berlawanan dengan urutan pada kromatografi memakai asam silikat.
Puncak elusi sering dapat dikenali dengan mengukur serapan pada 300 nm. Serapan ini diberikan oleh hasil oksidasi asam lemak tak jenuh jika kita tidak mengusir oksigen dari lingkungan dengan baik. Cara lain untuk mengidentifikasi fraksi eluat yang mengandung lipid ialah dengan menotolkan sedikit pada pelat ferotipe. Ketika pelarut yang atsiri menguap, lipid yang sedikit dapat terlihat dengan mudah.


f.     SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI
Komponen minyak atsiri buah dan bunga terdapat dalam jumlah yang sangat kecil sehingga diperlukan bahan awal yang sangat besar jumlahnya untuk mengisolasi senyawa yang memadai untuk diteliti. Oleh karena keatsiriannya, senyawa ini sukar pula diisolasi dan sering seluruhnya diubah menjadi turunan yang tidak atsiri yang selanjutnya dapat difraksinasi.
Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan: 
1)    Distilasi pada suhu kamar dapat menimbulkan peruraian, sedangkan pada tekanan rendah dan suhu rendah memungkinkan terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga menimbulkan perubahan kandungan jaringan.  Jika reaksi oksidasi menimbulkan masalah, distilasi dapat dilakukan dalam lingkungan nitrogen.
2)    Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan pada keadaan khusus terutama untuk senyawa yang tidak begitu polar. Beberapa senyawa atsiri yang berbobot molekul rendah terlalu mudah larut dalam air untuk diekstraksi dengan pelarut organic secara efisien.
3)    Proses aerasi hanya yang dikeluarkan ke udara saja yang terisolasi dengan mengalirkan udara melalui bahan tumbuhan untuk jangka waktu lama dan mengembunkan senyawa yang terbawa udara dalam penampung yang didinginkan atau menjerapnya memakai bahan yang hidrofob. Cara lain ialah mengalirkan uap yang terbawa udara melalui pereaksi yang sekurang-kurangnya bereaksi dengan beberapa komponen menghasilkan turunan yang tak atsiri.

Campuran senyawa atsiri yang diisolasi dengan salah satu cara di atas  dapat difraksinasi dengan cara destilasi atau kromatografi. Pemisahan secara kromatografi dapat dilakukan memakai kolom partisi cair atau kromatografi gas. Cara lain, turunan komponen campuran dapat digunakan untuk memisahkannya. Jadi, aldehid dan metilketon membentuk senyawa bisulfate yang tidak larut dalam air dan dapat dipisahkan dari senyawa lain dalam ekstrak organik dengan cara melewatkan ekstrak melalui kolom bisulfit. Senyawa ini dapat pula diubah menjadi senyawa 2,4-dinitrofenilhidrazon yang berbentuk padat, dan senyawa atsiri lainnya didestilasi. Aldehide membentuk turunan yang tidak larut dalam air dengan dimedon. Keton tidak bereaksi dengan pereksi ini. Alkohol dapat diubah menjadi uretan yang padat dengan mereaksikannya dengan isosianat atau menjadi 3,5-dinitrobenzoat dengan merekasikannya dengan 3,5-dinitrobenzoil klorida. Kemudian senyawa atsiri lainnya dipisahkan dengan cara penyulingan. Ester tidak dapat dipisahkan sebagai ester dengan cara kimia karena turunannya bagian alcohol atau bagian asam dari ester bukan ester utuh.

g.    SENYAWA AKTIF TERPENOID DAN STEROID
Jika diperhatikan struktur senyawa terpenoid dan steroid yang sangat beragam jelas bahwa tidak ada metode isolasi umum yang dapat diapaki untuk semuanya. Akan tetapi, sebagian besar jelas senyawa nonpolar dank arena itu dapat dipisahkan dari komponen tumbuhan yang polar dengan mengekstraksi menggunakan pelarut seperti bezen atau eter. Karbondioksida superkritis merupakan pengekstraksi yang berguna, tidak merusak dan mudah disingkirkan dengan penyabunan memakai basa dalam alkohol dilanjutkan dengan ekstraksi memakai eter. Asam dan alkohol berbobot molekul rendah tetap berada dalam fase basa sementara sebagian besar terpenoid dan steroid terekstraksi dengan eter bersama-sama dengan alcohol berbobot molekul tinggi, hidrokarbon nonterpenoid dan sebagainya. Pengenceran ekstrak methanol/kloroform dengan air menyebabkan sterol tetap berada dalam lapisan kloroform sedangkan triterpenoid netral dan asam mengendap. Pemakaian aseton pada ekstraksi dapat menimbulkan senyawa jadian karena kondensasi.
Patut diperhatikan bahwa dalam tata kerja umum ini ada perkecualian. Senyawa glikosida seperti saponin dan glikosida jantung tida larut dalam pelarut non polar. Senyawa ini paling cocok diekstraksi  dari tumbuhan memakai etanol atau methanol panas 70-95% dan kemudian lipid dan pigmen disingkirkan dari larutan ini dengan ekstraksi memakai benzene atau dengan pengendapan memakai timbale hidroksida. Urutan ekstraksi dapat juga dibalik, artinya lipid diekstrkasi lebih dahulu dengan eter atau benzene dan kemudian glikosida diekstraksi dengan alkohol panas. Beberapa glikosida akan mengendap jika larutan alkohol panas ini didinginkan, dan hal ini membantu pemisahan. Terpenoid asam, jika terdapat sebagai asam bebas, larut dalam pelarut nonpolar tetapi pada penyabunan akan amsuk ke dalam fasa basa. Alkaloid terpenoid dan steroid tentu saja berperilaku seperti alkaloid lainnya, lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar dalam suasana basa daripada dalam suasana asam.
Metode pemurnian khusus dapat dipakai untuk berbagai kelompok senyawa. Terpena berbobot molekul rendah biasanya dipisahkan dengan penyulingan sederhana atau penyulingan uap. Senyawa atsiri yang dilepas oleh tumbuhan dapat dijerap dari udara yang dialirkan melaluinya dan kemudian dielusi dari penjerap. Kemungkinan besar pencemar nonterpenoid ialah ester atsiri yang dapat disingkirkan dengan penyabunan. Pada pemurnian karotenoid penyabunan pencemar dilakukan tanpa pemanasan untuk mencegah penguraian. Karotenoid dapat dipisahkan dengan berdasarkan kelarutannya. Apa yang disebut karotenoid epifase lebih mudah larut dalam lapisan eter minyak bumi jika dikocok dengan campuran eter minyak bumi dan methanol. Karotenoid hipofase ialah karotenoid yang mengandung dua gugus hidroksi atau lebih. Karotenoid hipofase lebih mudah larut dalam lapisan methanol. Beberapa senyawa monohidroksi dijumpai dalam kedua lapisan.
Pembentukan senyawa kompleks digunakan pada pemurnian beberapa senyawa golongan ini. Tiourea membentuk senyawa adisi, disebut aduk, dengan banyak jenis rantai hidrokarbon bercabang, bergantung pada ukuran molekulnya. Beberapa senyawa siklik dapat pula bereaksi. Aduk tiourea tidak larut dalam alkohol dan pelarut non polar. Senyawa adisi ini dapat dibuat dengan mencampur larutan tiourea dalam alkohol dan cuplikan untuk mengendapkan aduk, atau bahan kering digerus dengan tiourea dan sedikit methanol. Jika aduk sudah terbentuk, lipid yang tidak bereaksi diekstraksi dengan benzene, eter dan sebagainya. Kemudian aduk tiourea diuraikan dengan air panas dan senyawa yang diinginkan diekstraksi dengan eter. Senyawa alifatik rantai lurus dapat dipisahkan dari terpenoid bercabang atau siklik dengan mengubah senyawa rantai lurus menjadi kompleks urea.
Pembentukan senyawa kompleks sangat lazim juga pada berbagai senyawa steroid. Gejala ini menimbulkan kesulitan pada pemurnian, tetapi dapat pula dimanfaatkan. Terutama digitonin sering dipakai untuk mengendapkan sterol dari larutan dalam alkohol sebagai digitonida yang tidak larut. Reaksi ini khas untuk sterol 3β-OH. Kemudian sterol bebas dapat diperoleh kembali dengan mempartisi senyawa kompleks antara air panas dan benzene atau xilena, saponin terdapat dalam lapisan air dan sterol dalam lapisan organik. Cara lain untuk menguraikan senyawa kompleks ialah dengan mendidihkannya dalam piridin, didinginkan lalu ditambah eter untuk mengendapkan saponin dan sterol yang tetap larut. Sebaliknya, cara ini dapat dipakai untuk memurnikan banyak saponin dengan menambahkan kolesterol agar terbentuk senyawa kompleks adisi yang tidak larut.
Pemurnian lebih lanjut biasanya dilakukan memakai kromatografi kolom sebagai cara umum, meskipun cara khusus untuk masing-masing senyawa ada (misalnya penyulingan bertingkat untuk terpenoid berbobot molekul rendah). Pemurnian saponin, kardenolida dan glikosida lain sulit tetapi dapat dilakukan dengan memakai beberapa jenis kromatografi. Senyawa ini biasanya dihidrolisis dahulu menjadi aglikonnya dengan mendidihkannya beberapa jam dalam HCl 1-4 M, aglikon diekstraksi dengan benzene dan dimurnikan dengan kromatografi memakai alumina dan pelarut pengembang nonpolar seperti eter minyak bumi, benzene dan sebagainya. Secara umum alumina yang sangat aktif tidak diinginkan karena dapat menimbulkan reaksi penguraian. Alumina aktif dapat dinetralkan dengan asam dan ditambah air beberapa persen untuk menurunkan aktivitasnya. Filtrasi gel dan kolom fase balik telah dipakai juga. Sterol dapat diubah menjadi uretan yang berwarna untuk membantu penampakan pemisahannya pada kolom florisil. Setelah dipisahkan, sterol asal dapat diperoleh kembali secara kuantitatif. Beberapa karotenoid terlalu peka untuk kromatografi meskipun memakai alumina yang diawaaktifkan, dan dianjurkan penjerap yang lebih lunak seperti magnesium oksida dan sakarosa. Kromatografi lawan-arus tetes telah digunakan untuk apokarotenoid. Karotenoid dapat dipisahkan dari steroid dengan cara kromatografi memakai dekstran lipofil. Penjerap lazim lain seperti kalsium karbonat dan silica gel telah dipakai untuk beberapa terpenoid, glikosida jantung dan sebagainya.

h.    SENYAWA AKTIF FLAVONOID DAN SENYAWA SEJENIS
Banyak senyawa dari golongan ini mudah larut dalam air, terutama bentuk glikosidanya dan oleh karena itu senyawa ini berada dalam ekstrak air tumbuhan. Bahkan senyawa yang hanya larut sedikit dalam air kepolarannya memadai untuk diekstraksi dengan baik memakai methanol, etanol atau aseton dan methanol 80% barangkali merupakan pelarut yang sering dipakai untuk ekstraksi flavonoid. Pengekstraksian kembali larutan dalam air dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak polar seperti karbohidrat. Etil asetat merupakan pelarut yang baik untuk menangani katekin dan proantosianidin dengan cara ini. Benzena dapat dipakai untuk benzofenon dan stilbena. Amil alkohol telah dipakai secara luas untuk antosianin. Butil alkohol sekunder adalah alkohol yang paling polar yang bercampur dengan air secara tidak sempurna, dan jika ekstrak air dijenuhkan dengan natrium klorida atau magnesium sulfat, pelarut ini sangat baik untuk mengekstraksi senyawa golongan ini. Senyawa polifenol seperti ini sangat peka terhadap oksidasi udara dalam larutan netral atau basa, oleh karena itu dinajurkan untuk membuat ekstrak memakai asam encer (misalnya HCl 0,1M) dan senyawa pereduksi seperti asam askorbat. Akan tetapi, asam panas atau jika dibiarkan lama dengan asam pada keadaan dingin dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis glikosida dan ester malonil. Tanin dapat dibebaskan dari ikatannya yang kuat pada protein dengan mengekstraksi protein memakai fenol.
Dari segi analisis masa lampau, berbagai pereaksi pengendap telah digunakan untuk senyawa ini. Timbal asetat netral atau basa terutama dianjurkan. Flavonoid dapat dibebaskan dari endapan timbale dengan menambahkan asam sulfat encer atau hydrogen sulfide, timbale mengendap sebagai timbale sulfat atau timbal sulfide. Pereaksi pengendap lainnya ialah asam pikrat, kalium asetat, barium hidroksida, piridina, iterbium asetat dan sebagainya.
Kromatografi partisi kolom telah digunakan untuk memisahkan senyawa ini, misalnya kolom magnesol atau asam silikat dengan pengelusi etil asetat yang dijenuhkan dengan air atau eter. Alumina terutama berguna dalam pemisahan antosianin yang hanya mempunyai satu gugus hidroksil bebas pada cincin B dari antosianin yang mengandung dua atau lebih gugus itu. Kolom partisi memakai serbuk selulosa telah digunakan untuk berbagai polifenol, termasuk antosianin. Kromatografi pertukaran ion berguna untuk beberapa jenis struktur, tetapi gaya nonion berperan penting pada pengikatan senyawa aromatic ini ke dammar penukar berdasar polistirena. Gaya nonion ini dimanfaatkan dalam kromatografi fase balik dengan penjerap hidrofob. Kolom tersebut telah digunakan untuk berbagai flavonoid. Kromatografi afinitas pada protein Sepharose memisahkan polimer. Beberapa peneliti menganjurkan pemakaian kolom poliamida untuk memurnikan flavonoid. Penjerapan pada polivinilpirolidon atau dekstran lipofil efektif untuk isolasi antosianin dan proantosianidin secara bertahap. Kromatografi lawan arus telah digunakan untuk beberapa jenis flavonoid yang berbeda termasuk polimer berbobot molekul tinggi.

i.      SENYAWA AKTIF ASAM AMINO
Sebelum ada kromatografi pertukaran ion dan kromatografi partisi, kebanyakan asam amino diisolasi dari hidrolisat protein khusus atau dari asam amino yang terdapat dalam jaringan tumbuhan atau hewan tertentu. Jadi, asparagin, asam amino pertama yang diisolasi dari alam diperoleh dengan memekatkan sari asparagus. Asam aspartat dapat dibuat dari asparagin dengan cara hidrolisis dalam suasana asam. Asam glutamat diperoleh dari hidrosilat asam gluten gandum. Isoleusina diisolasi dari moalse bit gula. Fenilalanin dan argini diisolasi dari kecambah Lupinus sp. Yang dietiolasi. Asam amino umum yang alin kebanyakan dapat diisolasi dengan mudah dari sumber hewan.
Isolasi asam amino tumbuhan yang lebih baru umumnya memerlukan cara yang lebih canggih, karena senyawa ini terdapat dalam cairan sel berasma-sama dengan sejumlah besar kandungan sel yang lain dan seringkali hanya terdapat dalam jumlah kecil. Sebagai tata kerja awal, pertukaran ion dapat dipakai untuk memekatkan asam amino, menghilangkan pencemar netral, dan pengelompokkan asam amino ke dalam fraksi netral, asam dan basa. Setelah mengerjakan tahap pemekatan pendahuluan dan pemurnian, mungkin masih perlu memisahkan memisahkan asam amino yang dikehendaki dari sejumlah senyawa yang erat kaitannya. Untuk itu kromatografi pertukaran ion dapat diatur peubah seperti pH dan suhu.

j.      SENYAWA AKTIF PEPTIDA DAN PROTEIN
Isolasi peptide biasanya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dipakai untuk isolasi asam amino. Pemurnian pendahuluan dapat dilakukan memakai catridge fase balik dan golongan peptida dapat dipisahkan dari asam amino dengan memanfaatkan perbedaan sifat senyawa kompleksnya dengan tembaga. Kromatografi cair fase balik, eksklusi ukuran molekul dan cara kromatografi pertukaran ion telah dipakai untuk banyak jenis peptida. Pada kromatografi eksklusi ukuran, peptida sering berperilaku secara nonideal karena adanya antaraksi hidrofob dengan kemasan kolom, tetapi pemakaian asetonitril yang mengandung air dan asam trifluoroasetat 0,1% dapat membantu mengatasi masalah ini. Deteksi peptida dalam efluen kolom dapat dilakukan dengan mengukur serapan pada panjang gelombang 200-220 nm atau dengan mereaksikannya dengan fluoresamina. Di samping kromatografi kolom biasa, kromatografi lawan arus dapat dipakai juga untuk peptide kecil. Untuk mengawagaraman peptida yang berbobot molekul lebih kecil dari 3500 proses dialysis, ultrafiltrasi, filatrasi gel dapat menyebabkan kehilangan yang merugikan, dank arena itu yang dipakai metode kerja yang khusus.
Yang perlu diperhatikan metode kerja yang digunakan adalah kondisi yang tidak menimbulkan denatuarsi protein. Pada umumnya dianjurkan untuk bekerja pada suhu rendah dan menghindari rentang pH yang ekstrem. Ekstraksi jaringan yang dibekukan dengan es kering atau nitrogen cair mencegah penguraian. Pemilihan pelarut ekstraksi awal sangat penting pada penyiapan protein tumbuhan. Dapar basa mengekstraksi lebih banyak protein dalam bentuk terlarut dan membantu menetralkan cairan bersifat asam. Masalah yang sering dijumpai pada isolasi protein asli (terutama enzim) dari tumbuhan disebabkan oleh adanya senyawa fenol yang membentuk senyawa kompleks dengan protein dan mungkin mengawaaktifkan enzim. Fenol polimer yang dioksidasi (tanin) lebih buruk daripada fenol sederhana. Pengompleksan ini bergantung pada ikatan hidrogen dan antaraksi hidrofob. Pendekatan menghadapi masalah ini ialah menghambat oksidasi fenol sederhana menjadi polimer dengan menambahkan senyawa seperti 2-merkaptoetanol, tiourea, atau natrium metabisulfit. Pendekatan lain ialah menambahkan bahan yang cenderung lebih mengikat fenol. Penambahan senyawa polihidroksi mungkin juga bermanfaat untuk mencegah agregasi dan pengendapan protein.
Ekstraksi protein dari jaringan berlemak dilakukan setelah lipid dihilangkan dengan ekstraksi memakai memakai eter dan aseton. Setelah itu diekstraksi berturut-turut dengan memakai etanol 70%, air, natrium klorida 10%, dan natrium hidroksida 0,2%. Fraksinasi ekstrak ini dapat dilakukan dengan cara mengotak-atik pH dan kekuatan ion lebih lanjut. Pengendapan dengan ammonium sulfat atau pelarut organik sering digunakan. Jika cara yang nisbi sederhana ternyata tidak memuaskan untuk memperoleh protein murni dari campuran, maka dapat dipilih cara yang lebih canggih. Filtrasi gel memakai dekstran atau gel poliakrilamida merupakan langkah awal yang cocok. Filtrasi gel pada lapisan tipis dapat pula disesuaikan untuk pemisahan preparative. Kromatografi pertukaran ion protein dilakukan memakai selulosa atau dekstran penukar ion.

k.    SENYAWA AKTIF ALKALOID
Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstraksi dengan pelarut organic seperti kloroform, eter dan sebagainya. Beberapa alkaloid yang dapat menguap seperti nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam dan mengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstraksi dengan pelarut organik sehingga senyawa netral dan asa, yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air. Kemudian alkaloid dielusi dengan basa encer. Alkaloid yang bersifat cukup hidrofob dapat dijerap dengan dammar lalu dielusi dengan asam atau campuran etanol air (39:40). Banyak alkaloid yang dapat diendapkan dengan pereaksi Mayer (kalium raksa (II) iodide) dan kemudian endapan dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan cara kromatografi pertukaran ion.
Masalah yang timbul pada beberapa kasus ialah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengompleksnya barangkali polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan asam. Cara paling umum dan cocok adalah memisahkan dengan kromatografi kolom memakai dammar penukar ion atau penjerap dengan menggunakan alumina atau menggunakan kromatografi kertas.






No comments:

Post a Comment