BAB V
STANDARISASI
Konsep
standarisasi relatif baru untuk fitomedis tetapi segera menjadi hal penting
untuk memastikan bahwa pasien meneria produk botanis yang bermutu. Standarisasi
dapat diartikan sebagai penetapan mutu farmasetik yang dapat direproduksi
dengan cara membandingkan suatu produk terhadap baku pembanding dan dengan
menetukan jumlah minimum satu atau lebih
senyawa atau kelompok senyawa. Di bidang fitomedis, standarisasi hanya
ditujukan untuk ekstrak. Misalnya, pada minyak atsiri yang mengandung obat
mungkin dibutuhkan jumlah minimal minyak atsiri atau senyawa tunggal yang
ditentukan dengan suatu metode yang ditentukan secara universal memberikan
konsumen atau pasien suatu produk bermutu tinggi yang dapat direproduksi.
Mengapa
standariasi diperlukan?
Ada beberapa
alasan penggunaan ekstrak yang teridentifikasi dengan baik, antara laian:
·
Produk yang dihasilkan dapat direproduksi dan
biasanya memiliki mutu yang lebih tinggi. Untuk standarisasi, jumlah bahan yang
tak diinginkan di dalam ekstrak tidak boleh melewati batas tertentu, sedangkan zat aktif harus
berada di atas konsentrasi minimum.
·
Karena produk harus memenuhi standar dasar yang harus dimiliki
semua obat
·
Standarisasi memungkinkan pembandingan
efektivitas klinis, efek farmakologis, dan efek samping sejumlah produk
(misalnya terhadap plasebo)
·
Produk tersebut memberikan pasien keamanan yang
lebih baik (obyektif dan subyektif) sehingga meningkatkan tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap obat herbal.
Istilah
standarisasi terkadang juga digunakan untuk produk yang ada dalam farmakope
(atau spesifikasi) dari perusahaan farmasi) mencantumkan rentang (jumlah
maksimum dan minimum) senyawa atau beberapa senyawa tertentu. Dalam hal ini,
standarisasi memberikan data kualitatif terperinci tentang jumlah bahan alam
A. Ekstrak terkuantifikasi
Ekstrak
ini merupakan ekstrak dengan kandungan yang memiliki aktivitas teraupetik atau
farmakologis yang diketahui. Kelompok senyawa yang diperkirakan memiliki
aktivitas farmakologis yang diinginkan tidak diketahui, tetapi tidak
semata-mata bertanggungjawab untuk efikasi klinis ekstrak tersebut. Monografi
harus memberikan rentang kandungan senyawa terpilih, yang beberapa diantaranya
adalah senyawa induk. Yang termasuk dalam kategori ini adalah ekstrak spesial,
yang telah diperkaya suatu senyawa atau kelompok senyawa tertentu dan senyawa
tidak diinginkan telah dipisahkan. Standarisasi dapat dilakukan dengan cara
mencampur bets-bets obat herbal yang berbeda sebelum ekstraksi, atau dengan
mencampur lot-lot sediaan obat herbal yang berbeda. Penyesuaian dengan
menggunakan eksipien tidak boleh dilakukan. Contohnya:
·
Daun Ginkgo biloba L. (Ginkgo Folium)
·
Bagian aerial Hypericum perforatum. L (Hyperici
Herba)
B. Ekstrak lain
Ekstrak-ekstrak
ini umumnya disepakati aktif secara farmakologis. Namun, zat yang memberikan
aktivitas ini tidak diketahui sehingga harus dibuat penanda mutu. Hal ini
memberikan informasi mengenai keseluruhan mutu fitomedis untuk tujuan
pengawasan dan dapat digunakan untuk memantau cara pembuatan obat yang baik
(good manufacturing practice), tetapi tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa
senyawa aktif yang relevan terdapat dalam jumlah yang memdai atau tidak.
Contoh:
·
Bagian aerial Cratageus (Crataegi Folium cum
flore)
·
Bagian aerial Passiflora incarnata L.
(Passiflorae Herba)
Ada beberapa
alasan penggunaan ekstrak yang terindentifikasi dengan baik, antara lain: Produk yang dihasilkan dapat direproduksi dan
biasanya memiliki mutu lebih tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa standarisasi
bahan yang paling utama adalah menggunakan parameter kadar kandungan aktif.
Jika suatu bahan baku atau suatu sediaan obat tradisional belum diketahui
kandungan aktifnya maka perlu dibuat sidik jari atau profil kromatogram melalui
metode kromatografi lapis tipis. Selain itu dapat pula dicari suatu zat
identitas dan bahan yang dapat digunakan untuk parameter penetapan kadar
walaupun hal ini masih diperdebatkan karena kadar zat identitas belum tentu
sesuai dengan aktivitas farmakologi bahan. Oleh sebab itu penggunaan zat
identitas terutama disarankan untuk tiga tujuan yaitu:
1.
Zat
identitas untuk identifikasi bahan
Kromatografi
lapis tipis merupkan metode yang sederhana dan sangat membantu dalam melakukan
identifikasi bahan yang pada umumnya didahului dengan cara makroskopis maupun
mikroskopis. KLT zat identitas juga dapat digunakan untuk identifikasi ekstraks
bahan atau sediaan yang mengandung bahan yang bersangkutan. Walaupun zat aktif
suatu bahan telah diketahui, ada kalanya zat identitas masih dibutuhkan untuk
identifikasi tetapi bukan untuk penetapan kadar. Hal ini terjadi jika kadar zat
aktif relatif sangat kecil atau terdapat bahan lain yang mengandung zat aktif
yang sama seperti alkaloid tropan pada Solanaceae dan kurkuminoid pada
Zingiberaceae (temu-temuan).
Syarat zat
identitas adalah karakteristik untuk bahan tanaman, harus mudah dideteksi dan
kadarnya relatif besar. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa pada
identifikasi bahan baku, ekstrak atau sediaan tidak cukup hanya dengan satu
kali penunjukkan warna dan Rf suatu bercak dibandingkan dengan zat identitas.
Dua atau tiga kromatogram diperlukan untuk meyakinkan kebenaran bahan.
2.
Zat
identitas untuk penetapan kadar sediaan.
Suatu
produk sediaan obat tradisional harus mempunyai reprodusibilitas yang baik agar
khasiatnya juga tetap baik. Hal ini hanya dapat dicapai jika komposisi
kandungan kimianya sama. Berbicara masalah komposisi mau tidak mau harus
berkaitan dengan kadar. Sedemikian banyaknya kandungan kimia penyusun ekstrak,
seringkali sangat sukar untuk menetapkan kadar masing-masing bercak pada profil
kromatogram. Buku pegangan di Jerman yaitu DAB memperbolehkan penggunaan zat
identitas eksternal yaitu zat yang tidak terkandung dalam bahan, yang
ditambahkan sebelum ekstraksi bahan dan dijadikan sebagai parameter kadar
sediaan yang diproduksi. Sebagai contoh adalah penambahan flavonoid rutin yang
tidak terkandung dalam serbuk bunga Arnica dapat digunakan untuk identifikasi
kualitatif maupun kuantitatif bunga tersebut dalam sediaan. Namun demikian adakalanya
penggunaan zat identitas tidak dapat dilakukan yaitu jika dikhawatirkan
polaritas zat identitas eksternal tersebut tidak sesuai dengan polaritas zat
aktif bahan atau dianggap tidak mewakili keseluruhan komponen ekstrak. Dalam
hal ini lebih disukai untuk menggunakan zat identitas yang terdapat dalam bahan
tersebut. Pemilihan zat identitas disini lebih dipertimbangkan dari segi
analitiknya dan disyaratkan bahwa zat identitas yang dipilih harus mudah
diisolasi dan dapat ditetapkan kadarnya pada jumlah yang kecil tanpa kesulitan
yang berarti
3.
Zat
identitas untuk uji stabilitas sediaan
Daya tahan
dalam penyimpanan atau batas stabilitas bahan nabati dan sediaannya yang belum
diketahui zat aktifnya sulit ditetapkan. Penggunaan zat identitas sebagai ganti
zat aktif yang belum diketahui dapat dipertimbangkan dengan anggapan bahwa
khasiat sediaan tidak disebabkan oleh satu zat atau suatu kelompok zat tetapi
oleh keseluruhan zat tersari. Keseluruhan penentuan zat identitas terjadi
terutama karena kompleksnya komponen penyusun, perbedaan baik kualitatif maupun
kuantitatif komponen penyusun sejalan dengan umur bahan yang digunakan dan
faktor lain seperti waktu panen, proses pasca panen dan sebagainya. Hal ini
menyebabkan tidak mungkin untuk memilih suatu senyawa yang tidak stabil sebagai
zat identitas. Lebih lanjut setiap metode ekstraksi mungkin memerlukan zat
identitas sendiri. Senyawa yang mudah terhidrolisis tidak dapat digunakan untuk
sediaan yang mengalami proses pengeringan dalam pembuatannya. Demikian pula zat
identitas yang mudah teroksidasi atau peka terhadap cahaya. Dalam hal ini
sangat sulitnya menemukan zat identitas, lebih sesuai untuk melakukan control
sediaan fitofarmaka secara organoleptik terhadap rasa, bau serta bentuk dan
secara kimiawi dan fisis untuk melihat kemungkinan terjadinya kerusakan dalam
interval waktu tertentu selama penyimpanan. Penetapan dinsitas, indeks
refraktif dan kandungan alcohol suatu sediaan cair terutama perbandingan profil
kromatografi lapis tipis bahan segar dan sediaan yang diproduksi akan lebih
menunjukkan batas stabilitasnya.
CONTOH OBAT SERTA PENGAWASAN MUTU DAN STANDARISASINYA
Beberapa contoh
mengenai cara memastikan identitas suatu obat botanis (pengawasan mutu) dan,
jika perlu, cara menstandarisasi ekstrak yang diperoleh dari obat. Contoh
mengenai cara suatu obat dikarakterisasi yaitu sebagai berikut:
Ekstrak Terstandarisasi
Digitalis purpurea Folium (daun Foxglove)
Digitalis
purpurea adalah obat botanis dari genus Digitalis dan kini telah dibuat
monografinya di dalam Eur.Ph. dan
glikosida Digitalis.
Laporan William
Withering mengenai foxglove dan beberapa manfaat medisnya memperkenalkan
foxglove sebagai obat edema dan kemudian digunakan untuk gangguan jantung,
terutama gagal jantung kongestif. Hal ini terutama terjadi akibat efek
penghambatannya terhadap Na+/K+ - ATP ase. Kini digunakan senyawa murni
(termasuk turunan semisintesis glikosida digitalis, dan bukan ekstrak
terstandarisasi).
Karena
kandungan aktifnya diketahui, ekstrak foxglove termasuk dalam kategori ekstrak
terstandarisasi (sejati). Ekstrak tersebut penting dalam produksi senyawa
murninya telah dikembangkan. Hal ini menunjukkan bermacam cara farmakognostik
yang tersedia untuk menilai mutu obat botanis dan ekstrak yang didapat darinya.
Pengawasan mutu
Karakteristik
mikroskopik umum obat serbuk, antara lain:
Gambar Penampang
Mikroskopik bahan Serbuk Digitalis (Digitalis purpurea Folium)
·
Trikoma penutup bersel 27 (rambut peneutup)
dengan sel-sel yang sering hancur dan rambut glandular yang terdiri atas
kelenjar khas dan sel stem bersel satu (Pedisel)
·
Struktur khas sel epidermis poligonal dan
stomata
·
Tidak ada kalsium oksalat dan sklerenkim
Misalnya,
setelah identifikasi obat botanis dengan menggunakan metode mikroskopik dan
metode yang dijelaskan di bawah, bahan kemudian diteliti untuk menguantifikasi
zat aktifnya (analisis fitokimia). KCKT dan KLT dapat digunakan untuk
menetapkan identitas obat botanis dan untuk menguantifikasi zat aktif.
Meskipun metode
ini biasanya cukup dapat diandalkan dan memberikan reprodusibilitas yang
tinggi, masalah utama digitalis adalah bahwa potensi farmakologis
kardenolidanya sangat berbeda dan bahwa rentang dosis amannya sangat sempit.
Oleh karena itu, metode biologis memiliki keuntungan sangat besar dibandingkan
dengan analisis kimia. Metode yang paling banyak digunakan adalah penghambatan
aktivitas Na+/K+ -ATPase dalam sediaan terlarut:
ATPase
Jika ATP
diberi label secara radioaktif, jumlah Pi yang bebas label radioaktif dapat mudah
ditentukan.
Ekstrak Terstandarisasi (Sejati)
Sennae Folium (Daun Senna)
Bahan ini
merupakan pencahar yang banyak digunakan untuk penggunaan jangka pendek, dengan
efektivitas yang diketahui dan efek samping yang signifikan jika digunakan
dalam waktu lama. Spesies yang digunakan untuk obat adalah Cassia senna L. dan
Cassia angustifolia. Kandungan dari simplisia tersebut untuk efek farmakologi
obat adalah:
·
Senosida, yakni senosida A dan B
·
Glukosida rein (misalnya rein-8O-glukosida) dan
aloe emodin
Pengawasan mutu
Beberapa sifat mikroskopik khas obat ini adalah rambut
bintil tak berlignin dengan panjang hingga 250 mm, serta kelompok kristal kecil dan juga bentuk prisma
kalsium oksalat. Ciri lai adalah stomata bersel dua dengan aksis panjang yang
sejajar dengan pori (stomata diasitik), berkas tulang tengah dan urat daun yang besar dan dilingkupi oleh
zona serat perisiklik berlignin dan seberkas sel parenkim yang mengandung
prisma kalsium oksalat.
Berdasarkan
metode fitokimia, dalam Eur. Ph. Senosida dan rein -8-glukosida harus dideteksi
dengan menggunakan asam asetat/air/etil asetat/1-propanol (1:30:40:40) 98%.
Sebelum menyemprot lempeng dengan asam nitrat kemudian dilakukan pemanasan (1200
C, 10 menit). Dalam hal ini, ekstrak digunakan sebagai bahan pembanding.
Senosida tampak sebagai bercak merah coklat pada Rf 0,15-0,44 terkadang
rein-8-glukosida juga
PARAMETER STANDARISASI EKSTRAK
Parameter
Dan Metode Uji Ekstrak Non Spesifik
a. Susut Pengeringan Dan Bobot Jenis
Pengertian dan Prinsip
Pengukuran sisa zat setelah
pengeringan pada temperatur dan prinsip 105°C selama 30 menit atau sampai berat
konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Da1am hal khusus (jika bahan
tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik menguap)
identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di
atmosfer/lingkungan udara terbuka.
Tujuan
Memberikan batasan maksimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan.
Nilai
Minimal atau rentang yang
diperbolehkan. Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka
lainnya)
b. Parameter Bobot Jenis
Pengertian Dan Prinsip
Adalah masa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (250
C) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya.
Tujuan
Memberikan batasan tentang
besarnya masa persatuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair
sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang.
Memberikan gambaran kandungan kimia terlarut.
Nilai
Minimal atau rentang yang diperbolehkan.
Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka
lainnya)
c. Kadar Air:
Pengertian Dan Prinsip
Pengukuran kandungan air yang
berada di dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi,
destilasi atau gravimetri.
Tujuan
Memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan.
Nilai
Maksimal atau rentang yang
diperbolehkan. Terkait dengan kemumian dan kontaminasi
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)
d. Kadar Abu
Pengertian Dan Prinsip
Bahan dipanaskan pada
temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap
sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik.
Tujuan
Memberikan gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak
Nilai
Maksimal atau rentang yang
diperbolehkan. Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Prosedur (Materia Media
Indonesia atau pustaka lainnya)
e. Sisa Pelarut
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan kandungan sisa
pelarut tertentu (yang memang ditambahkan) yang secara umum dengan kromatografi gas. Untuk ekstrak cair berarti kandungan
pelarutnya, misalnya kadar alkohol.
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa selama
proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada.
Sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan jumlah pelarut (alkohol) sesuai dengan
yang ditetapkan.
Nilai
Maksimal yang diperbolehkan,
namun dalam hal pelarut berbahaya seperti kloroform nilai harus negatif sesuai
batas deteksi instrumen. Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka
lainnya)
1) Cara
Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
2) Cara
Kromatografi Gas-Cair
f. Residu Pestisida
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan kandungan sisa
pestisida yang mungkin saja pernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan
simplisia pembuatan ekstrak.
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena
berbahaya (toksik) bagi kesehatan.
Nilai
Maksimal atau rentang yang
diperbolehkan. Terkait dengan kontaminasi sisa pertanian
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka
lainnya)
Berdasarkan besarnya frekuensi penggunaan pestisida
di Indonesia dan persyaratan yang sering diminta oleh importir luar negeri
terhadap ekspor bahan obat tradisional, maka metode analisis yang digunakan
adalah untuk multiresidu pestisida organoklor dan organofosfat menurut Metode
Pengujian Residu Pestisida Dalam Hasil Pertanian dari Komisi Pestisida
Departemen Pertanian 1997 dengan modifikasi sebagai berikut:
1) Jika
kandungan kimia pengganggu analisis yang bersifat non polar relatif kecil
seperti pada ekstrak yang diperoleh dengan penyari air atau etanol berkadar
kurang dari 20%, analisis dapat dilakukan secara semi kuantitatif menggunakan
metode kromatografi lapis tipis secara langsung tanpa melalui tahap pembersihan
lebih dahulu atau menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapat kandungan
kimia dengan unsur N seperti klorofil, alkaloid dan amina non polar lain
2) Ekstrak
yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar tinggi dan tidak mengandung
senyawa nitrogen non polar dapat dicoba menggunakan metode kromatografi lapis
tipis atau kromatografi gas secara langsung tanpa pembersihan. Jika tidak dapat
dilakukan karena banyaknya kandungan kimia pengganggu maka harus dilakukan
pengujian sesuai metode baku. Agar memudahkan penelusuran kembali jika ada
masalah analisis maka penomoran dan perincian terhadap analisis disesuaikan
dengan buku aslinya.
g.
Cemaran
Logam Berat
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan kandungan logam
berat secara spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih valid.
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd dan lain-lain)
melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan.
Nilai
Maksimal atau rentang yang
diperbolehkan.
Prosedur (Materia Media
Indonesia atau pustaka lainnya)
h. Cemaran Mikroba
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan (identifikasi)
adanya mikroba yang patogen secara analisis mikrobiologis
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non
patogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas
ekstrak dan berbahava (toksik) bagi kesehatan.
Nilai
Maksimal atau rentang yang
diperbolehkan.
Prosedur (Materia Media
Indonesia atau pustaka lainnya)
1) Uji
Angka Lempeng Total
Pengertian
dan prinsip: pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada
suhu yang sesuai.
2)
Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) coliform
Pengertian
dan prinsip: pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan diinokulasikan pada
media cair yang sesuai, adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gas dalam
tabung durfam
Parameter Cemaran Kapang, Khamir Dan Aflatoksin
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan adanya jamur secara
mikrobiologis dan ada nya aflatoksin dengan KLT.
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi batas yang ditetapkan karena
berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan aflatoksin yang berbahaya bagi
kesehatan.
Nilai
Maksimal atau rentang yang
diperbolehkan
Prosedur
1) Uji
Angka Kapang dan Khamir
Pengertian
dan prinsip: pertumbuhan kapang dan khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada
media yang sesuai dan diinkubasikan pada suhu 20-25°C.
2) Uji
Cemaran aflatoksin
Pengertian dan Prinsip
Pemisahan
isolat aflatoksin secara KLT, terhadap media biakan, ekstrak yang diuji dan
Baku Aflatoksin dilakukan Kromatografi Lapis Tipis sebagai berikut:
Lempeng : Silika gel (Lempeng pralapis); Kiesel gel 60,
Merck.
Baku Aflatoksin : Merupakan campuran siap
pakai terdiri dari 5,0 mg
Aflatoksin B1; 1,5 mg
Aflatoksin B2; 5,0 mg
Aflatoksin G1; 1,5 mg
Aflatoksin G2 dalam larutan campuran benzene: acetonitril (98: 2) (Sigma
Chemical Company).
Eluen : Campuran kloroform : aseton : n-heksan
(85:15: 20)
Jarak
rambat : 10 cm.
Penampak bercak : Bercak berwarna biru atau hijau kebiruan
setelah lempeng diletakkan dibawah cahaya ultraviolet (366 nm), menandakan aflatoksin
positif
PARAMETER SPESIFIK
1. Parameter Identitas Ekstrak
Pengertian Dan Prinsip
a. Deskripsi
tata nama :
1) Nama
ekstrak (generik, dagang, paten)
2) Nama
latin tumbuhan (sistematika botani)
3) Bagian
tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun dan sebagainya)
4) Nama
Indonesia tumbuhan.
b. Ekstrak
dapat mempunyai senyawa identitas, artinya senyawa tertentu yang menjadi
petunjuk spesifik dengan metode tertentu.
Tujuan
Memberikan identitas obyektif
dari nama dan spesifik dan senyawa identitas.
2.
Parameter
Organoleptik Ekstrak
Pengertian Dan Prinsip
Penggunaan pancaindera
mendiskripsikan bentuk, warna, bau, rasa sebagai berikut :
a. Bentuk
: padat, serbuk-kering, kental, cair.
b. Warna : kuning, coklat, dan lain-lain.
c. Bau : aromatik, tidak berbau, dan
lain-lain.
d. Rasa : pahit, manis, kelat, dan lain-lain.
Tujuan
Pengenalan awal yang sederhana
seobyektif mungkin
3.
Senyawa
Terlarut Dalam Pelarut Tertentu
Pengertian Dan Prinsip
Melarutkan
ekstrak dengan pelarut (alcohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang
identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu
dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana,
diklorometan, metanol.
Tujuan
Memberikan gambaran awal jumlah
senyawa kandungan.
Nilai
Nilai minimal alau rentang yang
ditetapkan terlebih dahulu
Prosedur (Materia Media
Indonesia atau pustaka lainnya)
No comments:
Post a Comment