pertemuan12,13

Monday, September 1, 2014





BAB V
STANDARISASI


                Konsep standarisasi relatif baru untuk fitomedis tetapi segera menjadi hal penting untuk memastikan bahwa pasien meneria produk botanis yang bermutu. Standarisasi dapat diartikan sebagai penetapan mutu farmasetik yang dapat direproduksi dengan cara membandingkan suatu produk terhadap baku pembanding dan dengan menetukan jumlah  minimum satu atau lebih senyawa atau kelompok senyawa. Di bidang fitomedis, standarisasi hanya ditujukan untuk ekstrak. Misalnya, pada minyak atsiri yang mengandung obat mungkin dibutuhkan jumlah minimal minyak atsiri atau senyawa tunggal yang ditentukan dengan suatu metode yang ditentukan secara universal memberikan konsumen atau pasien suatu produk bermutu tinggi yang dapat direproduksi.
                Mengapa standariasi diperlukan?
                Ada beberapa alasan penggunaan ekstrak yang teridentifikasi dengan baik, antara laian:
·      Produk yang dihasilkan dapat direproduksi dan biasanya memiliki mutu yang lebih tinggi. Untuk standarisasi, jumlah bahan yang tak diinginkan di dalam ekstrak tidak boleh melewati  batas tertentu, sedangkan zat aktif harus berada di atas konsentrasi minimum.
·       Karena produk harus memenuhi standar dasar yang harus dimiliki semua obat
·      Standarisasi memungkinkan pembandingan efektivitas klinis, efek farmakologis, dan efek samping sejumlah produk (misalnya terhadap plasebo)
·      Produk tersebut memberikan pasien keamanan yang lebih baik (obyektif dan subyektif) sehingga meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap obat herbal.

                Istilah standarisasi terkadang juga digunakan untuk produk yang ada dalam farmakope (atau spesifikasi) dari perusahaan farmasi) mencantumkan rentang (jumlah maksimum dan minimum) senyawa atau beberapa senyawa tertentu. Dalam hal ini, standarisasi memberikan data kualitatif terperinci tentang jumlah bahan alam

A.   Ekstrak terkuantifikasi
                Ekstrak ini merupakan ekstrak dengan kandungan yang memiliki aktivitas teraupetik atau farmakologis yang diketahui. Kelompok senyawa yang diperkirakan memiliki aktivitas farmakologis yang diinginkan tidak diketahui, tetapi tidak semata-mata bertanggungjawab untuk efikasi klinis ekstrak tersebut. Monografi harus memberikan rentang kandungan senyawa terpilih, yang beberapa diantaranya adalah senyawa induk. Yang termasuk dalam kategori ini adalah ekstrak spesial, yang telah diperkaya suatu senyawa atau kelompok senyawa tertentu dan senyawa tidak diinginkan telah dipisahkan. Standarisasi dapat dilakukan dengan cara mencampur bets-bets obat herbal yang berbeda sebelum ekstraksi, atau dengan mencampur lot-lot sediaan obat herbal yang berbeda. Penyesuaian dengan menggunakan eksipien tidak boleh dilakukan. Contohnya:

·      Daun Ginkgo biloba L. (Ginkgo Folium)
·      Bagian aerial Hypericum perforatum. L (Hyperici Herba)

B.    Ekstrak lain
                Ekstrak-ekstrak ini umumnya disepakati aktif secara farmakologis. Namun, zat yang memberikan aktivitas ini tidak diketahui sehingga harus dibuat penanda mutu. Hal ini memberikan informasi mengenai keseluruhan mutu fitomedis untuk tujuan pengawasan dan dapat digunakan untuk memantau cara pembuatan obat yang baik (good manufacturing practice), tetapi tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa senyawa aktif yang relevan terdapat dalam jumlah yang memdai atau tidak. Contoh:

·      Bagian aerial Cratageus (Crataegi Folium cum flore)
·      Bagian aerial Passiflora incarnata L. (Passiflorae Herba)

                Ada beberapa alasan penggunaan ekstrak yang terindentifikasi dengan baik, antara lain:  Produk yang dihasilkan dapat direproduksi dan biasanya memiliki mutu lebih tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa standarisasi bahan yang paling utama adalah menggunakan parameter kadar kandungan aktif. Jika suatu bahan baku atau suatu sediaan obat tradisional belum diketahui kandungan aktifnya maka perlu dibuat sidik jari atau profil kromatogram melalui metode kromatografi lapis tipis. Selain itu dapat pula dicari suatu zat identitas dan bahan yang dapat digunakan untuk parameter penetapan kadar walaupun hal ini masih diperdebatkan karena kadar zat identitas belum tentu sesuai dengan aktivitas farmakologi bahan. Oleh sebab itu penggunaan zat identitas terutama disarankan untuk tiga tujuan yaitu:

1.    Zat identitas untuk identifikasi bahan
                Kromatografi lapis tipis merupkan metode yang sederhana dan sangat membantu dalam melakukan identifikasi bahan yang pada umumnya didahului dengan cara makroskopis maupun mikroskopis. KLT zat identitas juga dapat digunakan untuk identifikasi ekstraks bahan atau sediaan yang mengandung bahan yang bersangkutan. Walaupun zat aktif suatu bahan telah diketahui, ada kalanya zat identitas masih dibutuhkan untuk identifikasi tetapi bukan untuk penetapan kadar. Hal ini terjadi jika kadar zat aktif relatif sangat kecil atau terdapat bahan lain yang mengandung zat aktif yang sama seperti alkaloid tropan pada Solanaceae dan kurkuminoid pada Zingiberaceae (temu-temuan).
                Syarat zat identitas adalah karakteristik untuk bahan tanaman, harus mudah dideteksi dan kadarnya relatif besar. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa pada identifikasi bahan baku, ekstrak atau sediaan tidak cukup hanya dengan satu kali penunjukkan warna dan Rf suatu bercak dibandingkan dengan zat identitas. Dua atau tiga kromatogram diperlukan untuk meyakinkan kebenaran bahan.

2.    Zat identitas untuk penetapan kadar sediaan.
                Suatu produk sediaan obat tradisional harus mempunyai reprodusibilitas yang baik agar khasiatnya juga tetap baik. Hal ini hanya dapat dicapai jika komposisi kandungan kimianya sama. Berbicara masalah komposisi mau tidak mau harus berkaitan dengan kadar. Sedemikian banyaknya kandungan kimia penyusun ekstrak, seringkali sangat sukar untuk menetapkan kadar masing-masing bercak pada profil kromatogram. Buku pegangan di Jerman yaitu DAB memperbolehkan penggunaan zat identitas eksternal yaitu zat yang tidak terkandung dalam bahan, yang ditambahkan sebelum ekstraksi bahan dan dijadikan sebagai parameter kadar sediaan yang diproduksi. Sebagai contoh adalah penambahan flavonoid rutin yang tidak terkandung dalam serbuk bunga Arnica dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif maupun kuantitatif bunga tersebut dalam sediaan. Namun demikian adakalanya penggunaan zat identitas tidak dapat dilakukan yaitu jika dikhawatirkan polaritas zat identitas eksternal tersebut tidak sesuai dengan polaritas zat aktif bahan atau dianggap tidak mewakili keseluruhan komponen ekstrak. Dalam hal ini lebih disukai untuk menggunakan zat identitas yang terdapat dalam bahan tersebut. Pemilihan zat identitas disini lebih dipertimbangkan dari segi analitiknya dan disyaratkan bahwa zat identitas yang dipilih harus mudah diisolasi dan dapat ditetapkan kadarnya pada jumlah yang kecil tanpa kesulitan yang berarti



3.    Zat identitas untuk uji stabilitas sediaan
                Daya tahan dalam penyimpanan atau batas stabilitas bahan nabati dan sediaannya yang belum diketahui zat aktifnya sulit ditetapkan. Penggunaan zat identitas sebagai ganti zat aktif yang belum diketahui dapat dipertimbangkan dengan anggapan bahwa khasiat sediaan tidak disebabkan oleh satu zat atau suatu kelompok zat tetapi oleh keseluruhan zat tersari. Keseluruhan penentuan zat identitas terjadi terutama karena kompleksnya komponen penyusun, perbedaan baik kualitatif maupun kuantitatif komponen penyusun sejalan dengan umur bahan yang digunakan dan faktor lain seperti waktu panen, proses pasca panen dan sebagainya. Hal ini menyebabkan tidak mungkin untuk memilih suatu senyawa yang tidak stabil sebagai zat identitas. Lebih lanjut setiap metode ekstraksi mungkin memerlukan zat identitas sendiri. Senyawa yang mudah terhidrolisis tidak dapat digunakan untuk sediaan yang mengalami proses pengeringan dalam pembuatannya. Demikian pula zat identitas yang mudah teroksidasi atau peka terhadap cahaya. Dalam hal ini sangat sulitnya menemukan zat identitas, lebih sesuai untuk melakukan control sediaan fitofarmaka secara organoleptik terhadap rasa, bau serta bentuk dan secara kimiawi dan fisis untuk melihat kemungkinan terjadinya kerusakan dalam interval waktu tertentu selama penyimpanan. Penetapan dinsitas, indeks refraktif dan kandungan alcohol suatu sediaan cair terutama perbandingan profil kromatografi lapis tipis bahan segar dan sediaan yang diproduksi akan lebih menunjukkan batas stabilitasnya.

CONTOH OBAT SERTA PENGAWASAN MUTU DAN STANDARISASINYA
                Beberapa contoh mengenai cara memastikan identitas suatu obat botanis (pengawasan mutu) dan, jika perlu, cara menstandarisasi ekstrak yang diperoleh dari obat. Contoh mengenai cara suatu obat dikarakterisasi yaitu sebagai berikut:

Ekstrak Terstandarisasi
Digitalis purpurea Folium (daun Foxglove)
                Digitalis purpurea adalah obat botanis dari genus Digitalis dan kini telah dibuat monografinya  di dalam Eur.Ph. dan glikosida Digitalis.
                Laporan William Withering mengenai foxglove dan beberapa manfaat medisnya memperkenalkan foxglove sebagai obat edema dan kemudian digunakan untuk gangguan jantung, terutama gagal jantung kongestif. Hal ini terutama terjadi akibat efek penghambatannya terhadap Na+/K+ - ATP ase. Kini digunakan senyawa murni (termasuk turunan semisintesis glikosida digitalis, dan bukan ekstrak terstandarisasi).
                Karena kandungan aktifnya diketahui, ekstrak foxglove termasuk dalam kategori ekstrak terstandarisasi (sejati). Ekstrak tersebut penting dalam produksi senyawa murninya telah dikembangkan. Hal ini menunjukkan bermacam cara farmakognostik yang tersedia untuk menilai mutu obat botanis dan ekstrak yang didapat darinya.

Pengawasan mutu
                Karakteristik mikroskopik umum obat serbuk, antara lain:




Gambar Penampang Mikroskopik bahan Serbuk Digitalis (Digitalis purpurea Folium)
·      Trikoma penutup bersel 27 (rambut peneutup) dengan sel-sel yang sering hancur dan rambut glandular yang terdiri atas kelenjar khas dan sel stem bersel satu (Pedisel)
·       Struktur khas sel epidermis poligonal dan stomata
·       Tidak ada kalsium oksalat dan sklerenkim

                Misalnya, setelah identifikasi obat botanis dengan menggunakan metode mikroskopik dan metode yang dijelaskan di bawah, bahan kemudian diteliti untuk menguantifikasi zat aktifnya (analisis fitokimia). KCKT dan KLT dapat digunakan untuk menetapkan identitas obat botanis dan untuk menguantifikasi zat aktif.
                Meskipun metode ini biasanya cukup dapat diandalkan dan memberikan reprodusibilitas yang tinggi, masalah utama digitalis adalah bahwa potensi farmakologis kardenolidanya sangat berbeda dan bahwa rentang dosis amannya sangat sempit. Oleh karena itu, metode biologis memiliki keuntungan sangat besar dibandingkan dengan analisis kimia. Metode yang paling banyak digunakan adalah penghambatan aktivitas Na+/K+ -ATPase dalam sediaan terlarut:

ATPase
ATPase                                                     ADP + Pi

Jika ATP diberi label secara radioaktif, jumlah Pi yang bebas label radioaktif dapat mudah ditentukan.

Ekstrak Terstandarisasi (Sejati)
Sennae Folium (Daun Senna)
                Bahan ini merupakan pencahar yang banyak digunakan untuk penggunaan jangka pendek, dengan efektivitas yang diketahui dan efek samping yang signifikan jika digunakan dalam waktu lama. Spesies yang digunakan untuk obat adalah Cassia senna L. dan Cassia angustifolia. Kandungan dari simplisia tersebut untuk efek farmakologi obat adalah:

·       Senosida, yakni senosida A dan B
·       Glukosida rein (misalnya rein-8O-glukosida) dan aloe emodin

Pengawasan mutu
                Beberapa  sifat mikroskopik khas obat ini adalah rambut bintil tak berlignin dengan panjang hingga 250 mm, serta kelompok kristal kecil dan juga bentuk prisma kalsium oksalat. Ciri lai adalah stomata bersel dua dengan aksis panjang yang sejajar dengan pori (stomata diasitik), berkas tulang tengah  dan urat daun yang besar dan dilingkupi oleh zona serat perisiklik berlignin dan seberkas sel parenkim yang mengandung prisma kalsium oksalat.
                Berdasarkan metode fitokimia, dalam Eur. Ph. Senosida dan rein -8-glukosida harus dideteksi dengan menggunakan asam asetat/air/etil asetat/1-propanol (1:30:40:40) 98%. Sebelum menyemprot lempeng dengan asam nitrat kemudian dilakukan pemanasan (1200 C, 10 menit). Dalam hal ini, ekstrak digunakan sebagai bahan pembanding. Senosida tampak sebagai bercak merah coklat pada Rf 0,15-0,44 terkadang rein-8-glukosida juga

PARAMETER STANDARISASI EKSTRAK
Parameter Dan Metode Uji Ekstrak Non Spesifik
a.    Susut Pengeringan Dan Bobot Jenis
Pengertian dan Prinsip
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur dan prinsip 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Da1am hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka.
Tujuan    
Memberikan batasan maksimal (rentang)  tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
Nilai         
Minimal atau rentang yang diperbolehkan. Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)

b.    Parameter Bobot Jenis
Pengertian Dan Prinsip
Adalah masa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (250 C) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya.
Tujuan
Memberikan batasan tentang besarnya masa persatuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang.
Memberikan gambaran kandungan kimia terlarut.
Nilai         
Minimal atau rentang yang diperbolehkan. Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)

c.     Kadar Air:
Pengertian Dan Prinsip
Pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau gravimetri.
Tujuan    
Memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan.
Nilai         
Maksimal atau rentang yang diperbolehkan. Terkait dengan kemumian dan kontaminasi
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)

d.    Kadar Abu
Pengertian Dan Prinsip
Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik.
Tujuan
Memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak
Nilai         
Maksimal atau rentang yang diperbolehkan. Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)

e.    Sisa Pelarut
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu (yang memang ditambahkan) yang secara umum  dengan kromatografi  gas. Untuk ekstrak cair berarti kandungan pelarutnya, misalnya kadar alkohol.


Tujuan
Memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada. Sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan jumlah pelarut (alkohol) sesuai dengan yang ditetapkan.
Nilai         
Maksimal yang diperbolehkan, namun dalam hal pelarut berbahaya seperti kloroform nilai harus negatif sesuai batas deteksi instrumen. Terkait dengan kemurnian dan kontaminasi
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)

1)    Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
2)    Cara Kromatografi Gas-Cair

f.     Residu Pestisida
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan kandungan sisa pestisida yang mungkin saja pernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan simplisia pembuatan ekstrak.
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan.
Nilai         
Maksimal atau rentang yang diperbolehkan. Terkait dengan kontaminasi sisa pertanian
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)
Berdasarkan besarnya frekuensi penggunaan pestisida di Indonesia dan persyaratan yang sering diminta oleh importir luar negeri terhadap ekspor bahan obat tradisional, maka metode analisis yang digunakan adalah untuk multiresidu pestisida organoklor dan organofosfat menurut Metode Pengujian Residu Pestisida Dalam Hasil Pertanian dari Komisi Pestisida Departemen Pertanian 1997 dengan modifikasi sebagai berikut:
1)    Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang bersifat non polar relatif kecil seperti pada ekstrak yang diperoleh dengan penyari air atau etanol berkadar kurang dari 20%, analisis dapat dilakukan secara semi kuantitatif menggunakan metode kromatografi lapis tipis secara langsung tanpa melalui tahap pembersihan lebih dahulu atau menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapat kandungan kimia dengan unsur N seperti klorofil, alkaloid dan amina non polar lain
2)    Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar tinggi dan tidak mengandung senyawa nitrogen non polar dapat dicoba menggunakan metode kromatografi lapis tipis atau kromatografi gas secara langsung tanpa pembersihan. Jika tidak dapat dilakukan karena banyaknya kandungan kimia pengganggu maka harus dilakukan pengujian sesuai metode baku. Agar memudahkan penelusuran kembali jika ada masalah analisis maka penomoran dan perincian terhadap analisis disesuaikan dengan buku aslinya.

g.    Cemaran Logam Berat
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan kandungan logam berat secara spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih valid.
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd dan lain-lain) melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan.
Nilai         
Maksimal atau rentang yang diperbolehkan.
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)

h.    Cemaran Mikroba
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis mikrobiologis
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahava (toksik) bagi kesehatan.
Nilai         
Maksimal atau rentang yang diperbolehkan.
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)
1)    Uji Angka Lempeng Total
Pengertian dan prinsip: pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
2)    Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) coliform
Pengertian dan prinsip: pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan diinokulasikan pada media cair yang sesuai, adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gas dalam tabung durfam

Parameter Cemaran Kapang, Khamir Dan Aflatoksin
Pengertian Dan Prinsip
Menentukan adanya jamur secara mikrobiologis dan ada nya aflatoksin dengan KLT.
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan.
Nilai         
Maksimal atau rentang yang diperbolehkan
Prosedur

1)    Uji Angka Kapang dan Khamir
Pengertian dan prinsip: pertumbuhan kapang dan khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media yang sesuai dan diinkubasikan pada suhu 20-25°C.
2)    Uji Cemaran aflatoksin

Pengertian dan Prinsip
Pemisahan isolat aflatoksin secara KLT, terhadap media biakan, ekstrak yang diuji dan Baku Aflatoksin dilakukan Kromatografi Lapis Tipis sebagai berikut:
Lempeng :  Silika gel (Lempeng pralapis); Kiesel gel 60, Merck.
Baku Aflatoksin : Merupakan campuran siap pakai terdiri dari  5,0 mg Aflatoksin B1; 1,5 mg Aflatoksin B2; 5,0 mg Aflatoksin G1; 1,5 mg Aflatoksin G2 dalam larutan campuran benzene: acetonitril (98: 2) (Sigma Chemical Company).
Eluen :   Campuran kloroform : aseton : n-heksan (85:15: 20)
Jarak rambat : 10 cm.
Penampak bercak : Bercak berwarna biru atau hijau kebiruan setelah lempeng diletakkan dibawah cahaya ultraviolet (366 nm), menandakan aflatoksin positif


PARAMETER SPESIFIK
1. Parameter Identitas Ekstrak
Pengertian Dan Prinsip                           
a.    Deskripsi tata nama :
1)    Nama ekstrak (generik, dagang, paten)
2)    Nama latin tumbuhan (sistematika botani)
3)    Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun dan sebagainya)
4)    Nama Indonesia tumbuhan.
b.    Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas, artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu.
Tujuan           
Memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dan senyawa identitas.

2.    Parameter Organoleptik Ekstrak
Pengertian Dan Prinsip           
Penggunaan pancaindera mendiskripsikan bentuk, warna, bau, rasa sebagai berikut :
a.    Bentuk     : padat, serbuk-kering, kental, cair.
b.    Warna      : kuning, coklat, dan lain-lain.
c.     Bau            : aromatik, tidak berbau, dan lain-lain.
d.    Rasa          : pahit, manis, kelat, dan lain-lain.
Tujuan           
Pengenalan awal yang sederhana seobyektif mungkin

3.    Senyawa Terlarut Dalam Pelarut Tertentu
Pengertian Dan Prinsip          
Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alcohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, metanol.
Tujuan           
Memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan.
Nilai               
Nilai minimal alau rentang yang ditetapkan terlebih dahulu
Prosedur (Materia Media Indonesia atau pustaka lainnya)






No comments:

Post a Comment