BAB I
METODA PEMISAHAN STANDAR
Proses pemisahan digunakan
untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu
campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam
keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan
tercampur dengan senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis
senyawa kimia yang memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau
proses produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan
perlu dilakukan.
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai
proses perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi proses pemisahan secara mekanis dan kimiawi. Pemilihan jenis proses
pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan
secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya lebih
murah dari pemisahan secara kimiawi.
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan
berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen
penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran homogeny (satu fasa)
atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu campuran heterogen dapat
mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-gas, cair-cair, cair-gas,
gas-gas, campuran padat-cair-gas dan sebagainya. Pada berbagai kasus, dua atau
lebih proses pemisahan yang diinginkan.
Metode
Pemisahan Campuran
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai
susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium
maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni
atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian
dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis
laboratorium). Berdasarkan tahap proses pemisahan dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu:
1.
Metode pemisahan sederhana, yaitu metode yang menggunakan cara
satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang
relatif sederhana
2.
Metode pemisahan kompleks, yaitu pemisahan yang memerlukan
beberapa tahap kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu, pengaturan proses
mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya
menggabungkan dua atau lebih metode sederhana.
Keadaan zat yang diinginkan
dan dalam keadaan campuran harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan
pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan kerusakan hasil atau melainkan
tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Keadaan zat yang diinginkan
terhadap campuran, apakah zat ada di dalam sel makhluk hidup, apakah bahan
terikat secara kimia dan sebagainya.
2.
Kadar
zat yang diinginkan terhadp campurannya, apakah kadarnya kecil atau besar
3. Sifat khusus dari zat yang
diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak tahan panas, mudah menguap,
kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih dan sebagainya
4. Standar yang diinginkan. Kemurnian
100% memerlukan tahap yang berbeda dengan 96%
5.
Zat
pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya
6.
Nilai
guna zat yang diinginkan, harga dan biaya proses pemisahan
Dasar-dasar
Metode Pemisahan
Suatu
zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai perbedaan sifat. Hal ini
dinamakan dasar pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain
sebagai berikut:
1.
Ukuran partikel, bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda
dengan zat yang tidak diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan dengan metode
filtrasi (penyaringan), jika partikel zat hasil lebih kecil daripada zat
pencampurnya, maka dapat dipilih penyaring atau media berpori yang sesuai
dengan ukuran partikel zat yang diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati
penyaring dan zat pencampurnya akan terhalang
2.
Titik didih, bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki
titik didih yang jauh berbeda dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Apabila
titik didih zat hasil lebih rendah daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan
antara suhu didih zat hasil dan di bawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil
akan lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan
sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar
perbedaan titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan
titik didih ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat
memisahkan suatu zat dari campurannya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol
untuk tidak melewati titik didih campuran.
3.
Kelarutan, suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang
berbeda, artinya suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda,
artinya suatu zat mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam
pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu
pelarut polar, misalnya air, dan pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik)
seperti alkohol, aseton, metanol, petroleum eter, kloroform dan eter. Dengan
melihat kelarutan suatu zat yang berbeda dengan zat-zat lain dalam campurannya,
maka dapat memisahkan zat yang diinginkan tersebut dengan menggunakan pelarut
tertentu.
4.
Pengendapan, suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang
berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan derajat
jenis yang lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam
suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan
yang berbeda dan yang diinginkan hanya salah satu zat maka dapat dipisahkan
dengan metode sedimentasi atau sentrifugasi. Namun jika dalam campuran
mengandung lebih dari satu zat yang diinginkan maka digunakan metode
presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombiansi dengan metode filtrasi.
5.
Difusi, dua macam zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat
berdifusi (bergerak mengalir dan mencampur) satu sama lain. Gerak partikel
dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa
(baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke
arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan
menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis atau elektroforesis,
yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satan penyusun DNA) dapat
dilakukan dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel
agarosa.
6.
Adasorbsi, merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorpsi
secara kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahna pengadsorbsi.
Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik satu
organisme.
Jenis-Jenis
Metode pemisahan
1.
Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk
memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori
(penyaring).
Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel
antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang
mempunyai ukuran partikel lebih besar daripada pori saringan dan menruskan
pelarut. Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk
larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Filtrasi akan menyingkirkan
padatan dari cairan dan merupakan metoda pemurnian cairan dan larutan yang
paling mendasar. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang
tertinggal disebut residu (ampas). Filtrasi tidak hanya digunakan dalam skala
kecil di laboratorium tetapi juga di skala besar di unit pemurnian air. Kertas
saring dan saringan digunakan untuk menyingkirkan padatan dari cairan atau
larutan. Dengan mengatur ukuran mesh, ukuran partikel yang disingkirkan dapat
dipilih.
Fraksi cairan melewati kertas saring dan padatan yang
tinggal di atas kertas saring. Bila sampel cairan terlalu kental, filtrasi
dengan penghisapan dapat digunakan. Alat khusus untuk mempercepat filtrasi
dengan memvakumkan penampung filtrat juga digunakan. Filtrasi dengan penghisapan
tidak cocok bila cairannya adalah pelarut organik mudah menguap. Dalam kasus
ini tekanan harus diberikan pada permukaan cairan atau larutan (filtrasi dengan
tekanan). Pada tingkat produksi diperlukan alat penyaringan yang lebih sesuai
antara lain:
a. Ayakan, peralatan ini
digunakan untuk menyaring secara kasar. Pada umumnya ayakan digunakan sebagai
penyangga alat penyaring lain yang lebih halus
b. Alat penyaring dari tekstil
atau saringan logam. Keuntungan penggunaan penyaring dari tekstil:
- Kerapatan bervariasi
- Ringan dan mudah
pengerjaannya
Kerugian penggunaan penyaring tekstil:
- Tidak tahan lama
- Mudak rusak oleh bahan kimia
atau panas
- Susah dicuci
Saringan logam lebih kuat, lebih stabil terhadap pengaruh
mekanis, bahan kimia atau pemanasan.
c. Alat penyaringan dengan
lapisan bahan seperti karton, asbes atau serabut selulosa, yang dimampatkan.
Lapisan ini umumnya mempunyai tebal antara 2 mm sampai 6 mm.
d. Alat penyaring dengan
menggunakan kieselgurh, asbes, arang penyerap dan lain-lain. Sebagai penguat
digunakan ayakan atau lapisan bahan saringan lain.
e. Alat penyaring dengan bahan
masir, seperti keramik atau logam masir
f. Alat penyaring membran.
Mebran dapat dibuat dari kulit hewan atau sintetik. Sebagai membrane penyaring
digunakan berbagai bahan seperti selulosa, polivinil klorida (PVC), nilon,
seflon dan sebagainya.
g. Alat pemusing (sentrifuse)
untuk memisahkan bahan padat dari cairan dengan cara pemusingan. Sentrifus yang
lazim mempunyai angka putar 500 – 4000 putaran/menit. Ultra sentrifus mempunyai
angka putaran sampai 50.000 putaran/menit.
2. Adsorbsi
Adsorbsi adalah metode pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari
pengotornya dengan cara penarikan bahan pengadsorpsi secara kuat sehingga
menempel pada permukaan bahan pengadsorbsi
Tidak mudah menyingkirkan partikel yang sangat sedikit
dengan filtrasi sebab partikel semacam ini akan cenderung menyumbat
penyaringnya. Dalam kasus semacam ini direkomendasikan penggunaan penyaring
yang secara selektif mengadsorbsi sejumlah kecil pengotor. Bantuan penyaring
apapun akan bisa digunakan bila saringannya berpori, hidrofob atau solvofob dan
memiliki kisi yang kaku. Celit, keramik diatom dan tanah liat teraktivasi
sering digunakan. Karbon teraktivasi memiliki luas permukaan yang besar dan
dapat mengadsorbsi banyak senyawa organik dan sering digunakan untuk
menyingkirkan zat yang berbau (dalam banyak kasus senyawa organik) dari udara
atau air. Silika gel dapat mengadsorbsi air dan digunakan meluas sebagai
desikan.
Lapisan-lapisan penyaring dalam unit pengolah air terdiri
atas lapisan-lapisan material. Lapisan penyaring yang mirip untuk penggunaan
domestik sekarang dapat diperoleh secara komersial.
3. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu
zat padat dari campuran/pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok.
Prinsip
rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan
dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya dan perbedaan titik beku. Larutan
yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan
dikristalkan dengan cara menjenuhkannya. Kristalisasi ada dua cara yaitu
kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan.
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki
sejarah yang panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih
rumit telah dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk
pemurnian sebab kemudahannya (tidak perlu alat khusus) dan karena
keefektifannya. Ke depannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk
memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padat ini terlarut dalam
pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih pelarutnya)
untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan
didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun
bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena
konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.
Walaupun
rekristalisasi adalah metoda yang sangat sederhana, dalam praktek, bukan
berarti mudah dilakukan. Saran-saran yang bermanfaat diberikan di bawah ini.
Saran
untuk membantu rekristalisasi:
a. Kelarutan material yang akan
dimurnikan harus memiliki ketergantungan yang besar pada suhu. Misalnya, kebergantungan
pada suhu NaCl hampir dapat diabaikan. Jadi pemurnian NaCl dengan
rekristalisasi tidak dapat dilakukan.
b. Kristal tidak harus mengendap
dari larutan jenuh dengan pendinginan karena mungkin terbentuk super jenuh.
Dalam kasus semacam ini penambahan kristal bibit, mungkin akan efektif. Bila
tidak ada kristal bibit, menggaruk dinding mungkin akan berguna.
c. Untuk mencegah reaksi kimia
antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan pelarut non-polar lebih disarankan.
Namun, pelarut non polar cenderung merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa
polar. Harus hati-hati bila menggunakan pelarut polar. Bahkan bila tidak ada reaksi
antara pelarut dan zat terlarut, pembentukan kompleks antara pelarut-zat
terlarut.
d. Umumnya, pelarut dengan titik
didih rendah umumnya lebih diinginkan. Namun, sekali lagi pelarut dengan titik
didih lebih rendah biasanya non polar. Jadi, pemilihan pelarut biasanya bukan
masalah sederhana.
Zat campuran dari hasil reaksi
pembuatan preparat yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut yang cocok
yang telah dipilih, biasanya dengan cara coba-coba atau dapat dilihat dalam
handbook kimia. Sebaiknya dilarutkan pada temperatur dekat titik didihnya,
saring untuk memisahkan dari zat pencampurnya yang tidak larut dalam pelarut
yang digunakan itu, kemudian larutan (zat cair hasil saringan) diuapkan sampai
jenuh, dan diamkan zat tersebut sampai mengkristal. Apabila zat tersebut larut
dalam keadaan panas maka larutan akan mengkristal bila larutan tersebut
didinginkan. Selanjutnya saring kristal yang terbentuk, keringkan dan uji sifat
fisiknya.
Cara memilih pelarut yang
cocok:
·
Dipilih zat pelarut yang hanya dapat melarutkan
zat yang akan dimurnikan dalam keadaan panas, sedangkan zat pencampurnya tidak
larut dalam pelarut tersebut.
·
Dipilih pelarut yang titik didihnya rendah untuk
dapat mempermudah proses pengeringan kristal yang terbentuk.
·
Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah dari
pada titik leleh zat padat yang dilarutkan supaya zat yang akan dilarutkan
tidak terurai.
·
Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang akan
dilarutkan.
Cara
melakukan rekristalisasi:
Panaskan
pelarut kemudian masukan pelarut yang sudah panas pada labu erlenmeyer yang
berisi zat sampel sambil diaduk sampai tepat semua zat melarut. Untuk menjaga
agar larutan tetap panas pada waktu melarutkan dapat menggunakan bantuan
penangas listrik. Saring cepat dalam keadaan panas, bisa menggunakan corong
tembaga, corong buchner, atau corong biasa, dan tampung filtratnya. Bilas zat
yang menempel pada corong dengan pelarutnya dalam keadaan panas. Dinginkan
sampai terbentuk kristal kembali. Caranya bisa di udara, dalam air dingin, atau
dalam es. Jika kristal tidak terbentuk jenuhkan larutan dengan menggunakan
bantuan penangas sampai terbentuk lapisan tipis di atas permukaan larutan,
kemudian dinginkan kembali. Saring kristal yang terbentuk. Untuk memeriksa
apakah masih terdapat zat terlarut lakukan penjenuhan kembali dan seterusnya
seperti langkah di atas. Cuci kristal yang terbentuk dengan sedikit pelarut
dalam keadaan dingin. Keringkan dan periksa titik leleh dan bentuk kristalnya,
selanjutnya bandingkan dengan data dari handbook.
Jika kita gunakan definisi konvensional
yang menyatakan bahwa hablur atau kristal adalah padatan homogen yang dibatasi
oleh bidang muka rata yang terbentuk secara alamiah, maka adalah benar bahwa
kebanyakan padatan yang kita jumpai dalam hidup sehari-hari tidak nampak
sebagai kristal. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh salah satu dari dua hal
berikut: pada satu pihak, banyak padatan merupakan campuran dari berbagai
senyawa yang biasanya terdiri dari banyak molekul besar dengan berbagai ukuran.
Tetapi kalau bahan tersebut dipisah-pisahkan untuk menghasilkan senyawa murni,
maka cenderung terjadi struktur kristal. Misalnya, beberapa jenis protein dan
selulosa, yang keduanya adalah bahan penyusun padatan yang terjadi secara
alamiah telah diperoleh dalam tahanan kristal, walaupun kedua zat tersebut
tidak ditemukan di alam dalam tahanan kristal .
Kristal adalah benda padat yang mempunyai
permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan
salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan
menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara
simetris.
Kita tak boleh menyimpulkan begitu saja
penataan partikel dalam sebuah kristal besar, semata-mata dari penampilan
luarnya. Bila suatu zat dalam keadaan cair atau larutan mengkristal, kristal
dapat terbentuk dengan tumbuh lebih ke satu arah daripada ke lain arah.
Sebagaimana sebuah kubus kecil dapat berkembang menjadi salah satu dari tiga
bentuk yang mungkin sebuah kubus besar, sebuah lempeng datar atau struktur
panjang mirip jarum. Ketiga zat padat ini mempunyai struktur kristal kubik yang
sama, namun bentuk keseluruhannya berbeda .
Struktur kristal ditentukan oleh gaya
antar atom dan ukuran atom yang terdapat dalam kristal. Untuk menyederhanakan
persoalan, kita dapat menganggap ion atau atom sebagai bola padat berjari-jari
r. Struktur ada yang hexagonal close packing. Cara penyusunan bola dalam
kristal tidak dapat sesederhana pada kristal logam, karena kristal ionik
terdiri dari ion-ion yang bermuatan dan memiliki jenis yang berbeda .
Kemudahan suatu endapan dapat disaring
dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu
bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang
terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring
dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun
keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal
juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau
jarum-jarum sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal
dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan
lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci
dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari kristal-kristal demikian,
pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai .
Peristiwa rekristalisasi berhubungan
dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase
padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan
konsentrasi molal dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu,
tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi
pelarutnya .
Dua zat yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut
isomorfik (sama bentuk), contohnya NaF dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4, dan
Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat isomorfik tidak selalu dapat mengkristal bersama secara
homogen. Artinya satu partikel tidak dapat menggantikan kedudukan partikel
lain. Contohnya, Na+ tidak dapat menggantikan K+ dalam KCl, walaupun bentuk
kristal NaCl sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau lebih
disebut polimorfik (banyak bentuk), contohnya karbon dan belerang. Karbon
mempunyai struktur grafit dan intan, belerang dapat berstruktur rombohedarl dan
monoklin.
Selama pengendapan ukuran kristal yang terbentuk,
tergantung terutama pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti
(nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi,
banyak sekali kristal akan terbentuk, dan terbentuk endapan yang terdiri dari
partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat
jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah
kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan
inti .
Garam dapur atau natrium klorida atau
NaCl. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan
memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCl
nyaris tak dapat larut dalam alkohol , tetapi larut dalam air sambil menyedot
panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal, suatu
garam yang tak mengandung hidrogen atau gugus hidroksida yang dapat digusur.
Larutan-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap indikator
semisal lakmus. Garam rangkap; yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan
campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu. Misalnya:
FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan K2SO4Al4(SO4)3.24H2O. Dalam larutan, garam ini
merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan mengion jika dilarutkan
lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion
kompleks dalam larutan
4. Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan
yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai
titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda
Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang
dipisahkan dengan metode ini adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang
dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan pemanasan,
dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang
dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan
yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan
pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah.
Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu.
5. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran
dalam pelarut yang sesuai.
6. Sublimasi
Sublimasi merupakan
metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair
terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal.
Bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan
yang mudah menyublim, misalnya kamfer, iod dan alkaloid.
7. Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat
tertentu.
Dasar pemisahan metode ini adalah
kelarutan tertentu, daya absorbs oleh bahan
penyerap, dan volatilitas (daya penguapan).
No comments:
Post a Comment